Home » Ekonom UI: Puncak Kebijakan Moneter Ketat BI Semester I 2023

Ekonom UI: Puncak Kebijakan Moneter Ketat BI Semester I 2023

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Ist

ESENSI.TV - JAKARTA

Puncak kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau memperketat kebijakan moneter, diperkirakan terjadi pada semester pertama tahun 2023.

Teuku Riefky, ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, mengatakan kebijakan itu untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Dia mengatakan pada tahun 2022, BI telah memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga total sebesar 200 bps.

“Namun, diekspektasikan kenaikan rate tersebut akan kurang agresif ke depan dan mencapai puncak pengetatan moneter pada Semester I tahun 2023,” ujarnya, di Jakarta, pekan lalu.

Dengan demikian, setelah Juni 2023, BI tidak akan lagi menaikkan suku bunga acuan simpanan atau BI 7 Days Reserve Repo Rate.

Dalam Seri Analisis Makroekonomi Indonesia Economic Outlook Q1 2023, Teuku Riefky menjelaskan pada 2023, sektor perbankan akan dihadapkan pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi.

Kebijakan moneter ketat yang sudah berlangsung dalam beberapa bulan terkahir, jelasnya, berpotensi terdampak pada kenaikan biaya dana.

Namun demikian, dampak dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi pada sektor riil mungkin akan terbatas dalam waktu dekat.

Kepercayaan Masyarakat Tinggi

Kondisi ini terjadi karena kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian domestik masih tinggi.

“Begitu situasi global memanas, dampak kenaikan suku bunga secara bertahap akan mulai dapat dirasakan pada perekonomian domestik,” terangnya.

Baca Juga  Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 1,7%

Lebih jauh, dia menjelaskan secara keseluruhan, penyaluran kredit perbankan diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik.

Namun, dana pihak ketiga diprediksi melambat, sehingga membuat likuiditas sistem perbankan diperkirakan akan berangsur mengetat.

Terutama dalam kebijakan normalisasi BI saat ini untuk mengendalikan inflasi dan menstabilkan rupiah.

Untuk kinerja kredit perbankan, paparnya, telah pulih sepenuhnya ke level sebelum pandemi.

Total kredit meningkat menjadi 10,78% selama kuartal ketiga tahun lalu dibandingkan kuartal yang sama di tahun 2021.

“Angka kredit perbankan yang cukup menggembirakan ini menandakan bahwa kegiatan
ekonomi telah kembali normal karena kasus Covid-19 yang terkendali,” terangnya.

Kepercayaan masyarakat yang lebih baik mendorong deposan besar menggunakan dananya untuk konsumsi dan investasi.

Dengan demikian, likuiditas perbankan memang menurun dibandingkan dengan awal periode pandemi.

Namun, Teuku Riefky menilai secara umum masih relatif terkendali dan mencukupi kebutuhan dana perbankan.

Hal ini, terangnya, tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tetap sehat sebesar 79,6% pada November 2022.*

Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu

#beritaterkini
#beritaviral

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life