Home » Empat Fakta Sejarah Masjid Istiglal yang Wajib Kamu Pahami

Empat Fakta Sejarah Masjid Istiglal yang Wajib Kamu Pahami

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read

ESENSI.TV - JAKARTA

Masjid Istiglal adalah masjid terbesar di Asia Tenggara dan menjadi salah satu ikon dan kebanggaan bangsa Indonesia.

Itulah makanya, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Islam, tetapi juga menjadi salah satu tujuan wisata baik turis dari dalam negeri maupun mancanegara.

Selain warga Jakarta, selama Ramdhan dan Idulftri, Masjid Istiglal selalu lebih ramai dari hari biasanya.

Para wisatawan yang beragama Islam juga merasa tidak akan puas berkunjung ke Jakarta, jika tidak merasakan khususnya beribadah di Masjid Istiglal.

Namun, tahukah kamu bahwa Masjid Istiglal menyimpan banyak sekali cerita sejarah. Ini empat diantaranya, seperti dilansir dari Jakarta Islamic Center.

1. Istiglal Artinya Merdeka

Interior Masjid Istiglal Jakarta. Foto: Setkab

Masjid Istiglal memiliki arti Merdeka. Pemilihan nama ini sebagai ungkapan dan wujud dari rasa syukur bangsa dan rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat kemerdekaan dari cengkraman penjajah selama kurang lebih 350 tahun.

Bangunan monumental di Indonesia sebelum masa penjajahan cukup mengagumkan. Misalnya, candi Borobudur dan Prambanan menjadi lambang kekuatan konstruksi peninggalan zaman kerajaan.

Secara harfiah, kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

2. Masa Pembangunan 17 Tahun

Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan ummat Islam.

Namun, pembanguan baru selesai tujuh belas tahun kemudian. Bangunan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam.

Lamanya masa pembangunan karena pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan.

Baca Juga  Wapres Lakukan Salat Idulfitri di Masjid Istiqlal

Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing.

Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali.

Setelah situasi politik mereda, tahun 1966, Menteri Agama KH M Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini.

Kepengurusan dipegang oleh KH Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

2. Diinisiasi oleh KH Wahid Hasyim

Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan.

Pada tahun 1950, KH Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama RI dan H Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam.

Pertemuan dipimpin oleh KH Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan masjid.

Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal.

Sayembara diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Pebruari 1955.

Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.

3. Rancangan Arsitek F Silaban

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah lima peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:

Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan. Kedua,  R. Utoyo dengan disain bersandi Istigfar.

Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam. Keempat, lima orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham.

Kelima, adalah tiga orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi KHATULISTIWA dan NV. Associatie dengan sandi LIMA ARAB

Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F Silaban sebagai pemenang pertama.

Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp25.000.*

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaviral
#beritaterkini

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life