Harga beras kualitas medium maupun premium masih tetap tinggi dan belum ada tanda-tanda turun.
Para ekonom memperingatkan tingginya harga beras akan memicu kenaikan harga barang kebutuhan pokok yang lain, karena komoditas ini menjadi bahan baku dalam berbagai produk makanan.
Situs panel harga beras Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan rata-rata nasional harga beras premium masih bertengger pada angka Rp16.420 per kilogram. Harga beras medium tetap pada angka Rp14.330 per kg.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi mengatakan tingginya harga beras menimbulkan kekhawatiran inflasi dan menurunnya daya beli masyarakat.
Kenaikan Harga Beras
Jika harga beras terus naik, maka biaya hidup secara keseluruhan akan meningkat.
“Beras adalah salah satu komoditas pokok yang menyumbang 3 persen pada Indeks Harga Konsumen (IHK) yang digunakan untuk menghitung inflasi,” ujar Azizah dalam siaran pers.
Pada September 2023, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada menunjukkan beras sebagai komoditas penyumbang utama andil inflasi.
Menurut dia, beras memiliki andil sebesar 0,18% dalam inflasi month to month dan 0,55% dalam inflasi year on year.
Di sisi lain, daya beli masyarakat, terutama dengan berpenghasilan rendah akan semakin menurun.
Hal ini juga diperparah dengan fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa sektor yang akan menambah berat beban pengeluaran masyarakat.
Menurut Fauziah pemerintah memang melakukan langkah-langkah untuk menurunkan harga beras, terutama dengan membuka kran impor terutama untuk menghadapi Ramadhan yang akan dimulai pertengahan Maret.
Namun semestinya pemerintah harus fokus pada kebijakan untuk mengantisipasi masalah ketersediaan dan harga beras dalam jangka panjang.
Misalnya, melalui peningkatan produktivitas pertanian hingga memposisikan diri sebaik mungkin dalam perdagangan internasional sehingga menjamin ketersediaan dan keterjangkauan masyarakat pada harga pangan.
“Kenaikan harga beras salah satunya dikarenakan oleh minimnya ketersediaan yang diakibatkan oleh musim panen, dan cuaca.
“Di tengah fluktuasi harga yang kian meningkat, saat ini stabilisasi harga harus menjadi fokus utama untuk menghindari peningkatan inflasi” ujar Azizah.
Khawatir Naik Terus Jelang Ramadhan
Berbagai respons masyarakat soal kenaikan harga beras ini memenuhi lini masa media sosial. Mereka juga khawatir, harga beras ini akan terus naik saat memasuki Ramadhan bahkan Lebaran 2024.
“Kenaikan harga beras paling tinggi selama 25 tahun terakhir,” unggah akun X (Twitter) @firzahaqi.
Komentar lain “Dulu paling murah 10k, sekarang 15k-20k per liter pak.” unggah akun X @dlvvaarch
Akun @Sangulosquaw mengunggah, “Ya, memang baru kali ini berasa harga beras mahal banget”.
Padahal menurut BPS, rata-rata konsumsi beras per kapita dalam sebulan di Indonesia sebesar 6,81 kilogram (kg).
Dengan demikian, masing-masing orang harus mengeluarkan sekitar Rp111.000 per bulan.
Jika dalam satu keluarga terdapat 5 orang, maka sebulan bisa mengeluarkan uang sebesar Rp550.000 hanya untuk beras.
Jumlah yang cukup besar untuk keluarga di Indonesia.
Terjadi di Semua Negara
Presiden Joko Widodo menjelaskan harga beras di seluruh dunia naik. Hal itu terjadi karena adanya perubahan musim, dan el nino.
“Dialami bukan hanya negara kita, tapi negara lain juga mengalami hal yang sama harga beras naik,” kata Jokowi.
Direktur utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan kenaikan harga terjadi karena produksi petani belum maksimal. Pada Januari-Februari, terjadi defisit produksi beras dalam negeri sebesar 2,8 juta ton, menurut data dari BPS.
“Ini harga representasi kondisi pasar, terutama dari sisi produksi,” ujar Bayu dikutip dari Detik.
Menurut dia, kondisi serupa terjadi pada 2023 lalu. Harga beras naik karena kurangnya pasokan selama tujuh bulan.
Editor: Raja H. Napitupulu