Home » Isu Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial di Indonesia

Isu Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial di Indonesia

by fara dama
2 minutes read
Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta DIY jadi sorotan

ESENSI.TV - JAKARTA

Dekan fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Indonesia (UI), Teguh Tartanto memberikan pandangannya seputar keadaan ekonomi yang tengah dihadapi Indonesia saat ini, Rabu (27/12/2023).

Menurutnya, isu kemiskinan dan ketimpangan sosial masih ada di Indonesia. Bahkan ketidak merataan ekonomi terasa dikalangan kelas menengah.

“Isu tentang bansos, bantuan sosial ini suka enggak suka ya, ini adalah suatu program yang menjadi pendorong konsumsi masyarakat. Bansos ini harus dinaikkan dengan kelas menengah ini harus mendapat perlindungan kerja, meski gak miskin. Kita harus menerapkan kerja keras tanpa cemas,” ujarnya.

“Pemerintah harus memikirkan kelas menengah. Pemerintah jangan hanya memikirkan kelas miskin,” kata Teguh.

Angka Kemiskinan Menurun Tapi Ketimpangan Naik

Terkait hal ini, berdasarkan data BPS, meskipun angka kemiskinan menurun, namun ketimpangan yang diukur dari gini ratio justru naik. Data BPS menunjukkan, pada Maret 2023 gini ratio sebesar 0,388.

Untuk diketahui, gini ratio digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pengeluaran masyarakat. Semakin tinggi koefisien gini, semakin tinggi pula ketimpangan di suatu wilayah.

Gini ratio di Indonesia pada Maret 2023 tersebut, naik dari 0,381 pada September 2022 dan 0,384 pada Maret 2022. Naiknya tingkat ketimpangan itu bahkan melebihi kondisi sebelum pandemi di mana pada September 2019, Gini ratio mencapai 0,380.

Baca Juga  Target Pengurangan Kemiskinan Dunia Terancam Gagal, Biang Keroknya Covid-19 dan Perang Rusia-Ukraina

Masih tingginya tingkat ketimpangan di Indonesia yang mencapai 0,388 per Maret 2023 tersebut, semakin jauh dari target Presiden Joko Widodo (Jokowi) di dalam RPJMN 2024, yang mengharapkan gini ratio Indonesia turun menjadi 0,374.

“Meskipun terus menurun, namun tingkat kemiskinan pada Maret 2023 belum pulih seperti masa sebelum pandemi,” jelas Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto.

Meningkatnya angka ketimpangan di Indonesia, kata Atqo disebabkan belum meratanya pertumbuhan ekonomi pada lapisan masyarakat.

Atqo merinci, jika pengeluaran penduduk dikelompokkan menjadi 3 lapisan, yaitu 20% kelompok atas, 40% kelompok menengah dan 40% kelompok masyarakat menengah-bawah, tercermin peningkatan pengeluaran terjadi pada 20% kelompok atas.

“Dengan kata lain, kenaikan ketimpangan (gini ratio) disebabkan naiknya pengeluaran golongan atas. Oleh karena itu ketimpangan naik, khususnya di perkotaan karena pertumbuhan pengeluaran masyarakat menengah-bawah lebih lambat dari yang atas,” ujar Atqo.

Editor: Dimas Adi Putra/Addinda Zen

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life