Home » Ketupat Sajian Khas Lebaran Sejarah dan Filosofinya

Ketupat Sajian Khas Lebaran Sejarah dan Filosofinya

by Junita Ariani
2 minutes read

ESENSI.TV - JAKARTA

Tidak afdol rasanya lebaran bila tidak ada ketupat disajikan. Itu karena ketupat memang menjadi sajian khas di momen lebaran seperti sekarang ini.

Penganan yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda ini  terasa lezat baik dikonsumsi begitu saja apalagi bila disandingkan dengan rendang. Maknyus pastinya.

Tapi, tahukah kamu gimana sejarah dan filosofi ketupat hingga menjadi menu andalan dalam Hari Raya Idulfitri?

Dikutip dari berbagai sumber, Minggu (23/4/2023), makanan yang terbuat dari beras ataupun ketan dan dimasak dengan santan ini ternyata sudah ada sejak abad ke-15.

Menurut sejarawan asal Belanda, Hermanus Johannes de Graaf,  Malay Annual, ketupat pertama kali muncul di Tanah Jawa sejak abad ke-15. Tepatnya, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.

Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat pertama kali saat berdakwah untuk menyebarkan agama Islam ke Tanah Jawa. Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya.

Ketupat merupakan salah satunya yang dipilih karena dianggap bisa dekat dengan kebudayaan masyarakat Jawa saat itu.

Berkat ketupat, penyebaran agama Islam pun akhirnya bisa diterima luas, banyak yang pada akhirnya memeluk agama Islam.

Filosofi Ketupat

Tidak hanya makanan yang lezat, ternyata ketupat memiliki makna dan filosofi yang luar biasa. Mulai dari penggunaan daun kelapa muda sebagai bungkusnya.

Daun kelapa muda dalam bahasa Jawa disebut janur merupakan akronim dari “Jannah Nur” atau “Cahaya Surga”. Janur juga kadang dianggap merupakan akronim dari “Jatining Nur”, atau dalam bahasa Jawa berarti “hari nurani”.

Baca Juga  It Takes Two! Angka 2 Sebagai Pembawa Keberuntungan, Energi dan Keseimbangan

Filosofinya, saat lebaran, kita harus membersihkan hati dari segala macam hal negatif sehingga bisa kembali ke fitri, kembali suci dengan saling memaafkan.

Pembuatan sarang ketupat yang harus dianyam dengan rumit itu juga punya makna tersendiri. Kerumitan anyaman ketupat menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi.

Sedangkan beras dimaknai sebagai nafsu duniawi. Selain itu, bentuk ketupat yang segi empat ternyata menggambarkan prinsip “kiblat papat, limo pancer (empat arah, satu pusat)”.

Yang memiliki makna “ke mana pun manusia melangkah, pasti akan kembali pada Allah”. Bentuknya yang punya empat sisi itu juga melambangkan empat macam nafsu dasar manusia.

Yaitu amarah (emosi), lawamah (lapar dan haus), sufiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang bagus atau indah), dan muthmainah (memaksa diri).

Keempat nafsu dasar ini dikendalikan saat puasa. Dengan memakan ketupat saat lebaran, seseorang sudah dianggap mampu menahan nafsunya. Secara keseluruhan, makna ketupat adalah nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.

Sejak disebarkan oleh Sunan Kalijaga, tradisi membuat ketupat saat lebaran pun terus dilakukan hingga saat ini. Bahkan nggak hanya masyarakat Jawa saja yang membuatnya tetapi juga masyarakat di luar Jawa.

Itulah tadi sejarah dan filosofi ketupat. Jadi, sekarang sudah paham ya guys. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life