Categories: Nasional

Lawan Stigma Buruk Lewat Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia

Bertepatan dengan hari ini, tanggal 24 Mei diperingati sebagai Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia atau World Schizophrenia Awareness Day. Peringatan ini didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit mental yang telah mempengaruhi lebih dari 24 juta populasi manusia di seluruh dunia.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Diketahui, gangguan mental yang satu ini akan menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi, cara berpikir yang kacau, dan perubahan perilaku, lho!

Tidak hanya orang dewasa, skizofrenia akan menyerang manusia mulai dari anak-anak bahkan lansia. Sebanyak 75 persen penderita mengidap skizofrenia mulai usia 16-25 tahun.

Sejarah Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia

Mulanya, penyakit gangguan mental ini terdeteksi pada tahun 1700-an.  Tetapi baru diakui dan terdaftar sebagai penyakit sejak tahun 1900-an yang diciptakan oleh seorang psikiater Bernama Paul Eugen Bleuler.

Perawatan penyakit ini secara medis yang sah baru diadopsi tahun 1980 sejak adanya revolusi dalam perawatan psikiatri secara umum.

Hal Penting Tentang Skizofrenia

Penyakit ini bisa diobati dengan melakukan psikoterapi dan mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran. Penyakit ini bukanlah hanya gejala halusinasi, tetapi gangguan yang merusak mental seseorang.

Siapa pun bisa terkena penyakit ini. Hal ini dikarenakan kategori penyakit ini tidak berdiferensiasi, katatonik atau perilaku yang ditandai oleh ketidakmampuan untuk bergerak normal, residual, tidak teratur, dan paranoid.

Skizofrenia di Indonesia

Di Indonesia, penyakit gangguan mental ini sering dipikirkan sebagai suatu hal yang buruk karena kurangnya edukasi mengenai kesehatan mental. Tak jarang, banyak sekali pendapat yang menyatakan bahwa orang yang terkena penyakit mental berbahaya.

Menurut International Journal of Mental Health Systems, pasien dengan gangguan kejiwaan seringkali mendapatkan diskriminasi dari banyak orang.

Kurangnya fasilitas kesehatan jiwa menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang mengidap penyakit ini. Pasien gangguan jiwa juga sering menjadi korban dari suatu kekerasan dan mengalami trauma.

“Memang bisa pasien menjadi agresif. Tetapi lebih banyak lagi pasien yang jadi korban kekerasan dan mengalami trauma,” ujar Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, dr. Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ.

Beliau juga mengatakan bahwa peran dari lingkungan terdekat yaitu keluarga sangat dibutuhkan untuk menanggulangi keadaan ini bila terjadi di dalam lingkup keluarganya. Apabila tidak segera ditangani, pasien bisa saja semakin buruk keadaannya dan sulit pulih.

Editor: Nabila Tias Novrianda/Raja H. Napitupulu.

Administrator Esensi

Recent Posts

Gen Z dan Kepedulian Terhadap Lingkungan

Generasi Z merupakan kelompok yang semakin peduli terhadap isu-isu lingkungan dan keberlanjutan, termasuk dalam industri…

2 hours ago

Jenderal TNI: Masyarakat Sipil bisa Pergi bantu Palestina

Jenderal TNI Agus Subiyanto baru-baru ini mengungkapkan bahwa masyarakat sipil Indonesia bisa berperan membantu Palestina…

2 hours ago

OPM Bakar Supir Taksi di Paniai

Pada tanggal 11 Juni 2024, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang terkait dengan Organisasi Papua Merdeka…

4 hours ago

Cina Berikan Dana untuk Pegawai Turun Berat Badan

Sebuah perusahaan teknologi di China, Insta360, telah meluncurkan program unik untuk mendorong karyawannya menjaga berat…

6 hours ago

Meski Banyak Uang, Orang Kaya tetap punya Hutang

Meskipun memiliki banyak uang, orang kaya seringkali juga memiliki utang. Fenomena ini sebenarnya cukup umum…

8 hours ago

Persiapan Menyambut Idul Adha: Panduan bagi Umat Muslim

Idul Adha adalah salah satu hari besar dalam Islam yang penuh dengan makna dan keberkahan.…

20 hours ago