Home » Mencari Celah Penyelamatan Wajah Sepak Bola Indonesia di Tengah Kontroversi Israel di Piala Dunia U20

Mencari Celah Penyelamatan Wajah Sepak Bola Indonesia di Tengah Kontroversi Israel di Piala Dunia U20

by Erna Sari Ulina Girsang
3 minutes read
GBK

ESENSI.TV - JAKARTA

Drawing atau pembagian grup negara peserta Piala Dunia U20 awalnya dijadwalkan akan dilaksanakan pada 31 Maret 2023 di Denpasar Bali.

Sebagai rumah Indonesia melalui Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang diketuai oleh Erick Thohir, yang juga Menteri BUMN, sudah menyiapkan diri.

Namun, ternyata hari ini, Senin (27/3/2023), diketahui bahwa Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) secara resmi membatalkan Drawing Piala Dunia U-20 di Denpasar, Bali.

Kabar ini disampaikan Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga kepada awak media. Alasannya pembatan ini belum diketahui secara pasti.

Namun, dia mengatakan PSSI sedang memikirkan penyelamatan sepakbola Indonesia karena sanksi FIFA bisa mengucilkan sepakbola Indonesia dari dunia.

Memang FIFA belum menyampaikan alasan resmi pembatalan ini. Namun, besar dugaan keputusan ini ada hubungannya dengan penolakan dari kelompok masyarakat, bahkan Pemerintah daerah atas kehadiran Tim Israel.

Piala Dunia U20 Digelar 20 Mei-11 Juni

Sementara itu, pertandingan Piala Dunia FIFA U20 dijadwalkan akan digelar pada 20 Mei hingga 11 Juni.

Tidak lama berselang setelah tim yang akan ikut bertarung di Piala Dunia FIFA U20 diumumkan, muncul polemik dan kontroversi di dalam negeri

Yaitu, penolakan timnas Israel yang menjadi salah satu dari lima negara yang mewakili benua Eropa yang akan tampil di Piala Dunia U20 tahun 2023 ini. Empat negara lainnya adalah Perancis, Italia, Slovakia dan Inggris.

Penolakan tidak hanya dari tokoh agama, seperti dari Majelis Ulama Indonesia, tetapi juga pimpinan politik dan birokrasi seperti Gubernur Bali dan Jawa Tengah.

Kehadiran Israel menjadi kontroversi karena Indonesia memang memihak Palestina, di mana banyak daerah sekarang di jajah oleh Israel.

Partisipasi Israel di kompetisi bola internasional memang sering bermasalah. Israel sering kali mengalami tekanan dan protes dari negara-negara Arab terkait partisipasinya dalam kompetisi bola internasional, seperti Piala Dunia dan Piala Eropa. Beberapa negara bahkan menolak bermain melawan tim nasional Israel.

Tidak hanya level piala dunia, di level klub, klub sepak bola Israel di Liga Champions UEFA: Klub bola Israel, seperti Maccabi Tel Aviv, sering kali menghadapi masalah saat berpartisipasi di Liga Champions UEFA.

Kebijakan Politik Israel Berdampak ke Sepak Bola

Beberapa negara menolak untuk mengakui visa dan paspor Israel, sehingga membuat pemain sulit untuk melakukan perjalanan ke negara-negara tersebut.

Terdapat beberapa kontroversi yang sering terjadi terkait persepakbolaan Israel, di antaranya adalah:

Boikot dan protes negara-negara Arab: Sejumlah negara Arab menolak bermain melawan tim nasional Israel atau berpartisipasi dalam kompetisi sepak bola dengan kehadiran Israel. Hal ini dipicu oleh konflik antara Palestina dan Israel, yang masih belum terselesaikan.

Kebijakan diskriminatif terhadap pemain sepak bola Palestina: Pemain sepak bola Palestina yang bermain di klub-klub di Israel sering mengalami diskriminasi dan kendala akses. Hal ini dikaitkan dengan konflik antara Palestina dan Israel.

Baca Juga  Langkah Indonesia Terhenti di Semifinal AFF U-19 Women's Championship 2023

Pemukiman Yahudi di Tepi Barat: Liga sepak bola Israel memiliki beberapa tim dari pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang dianggap sebagai wilayah Palestina yang diduduki secara ilegal.

Hal ini menjadi kontroversi karena dianggap sebagai bentuk normalisasi terhadap kebijakan Israel yang kontroversial di wilayah tersebut.

Masalah visa dan keamanan: Tim nasional dan klub sepak bola Israel sering mengalami masalah dalam mengakses visa dan keamanan saat berpartisipasi dalam kompetisi sepak bola internasional.

Beberapa negara menolak untuk mengakui visa dan paspor Israel, sehingga membuat pemain dan tim kesulitan untuk melakukan perjalanan ke negara-negara tersebut.

Kontroversi-kontroversi ini memperlihatkan bahwa persepakbolaan Israel masih terdampak oleh konflik politik dan masalah hak asasi manusia di wilayah tersebut.

Momentum Kebangkitan Sepak Bola Indonesia

Oleh karena itu, perlu adanya upaya-upaya diplomasi dan dialog antara kedua belah pihak, serta dukungan dari negara-negara lain untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi di antara semua pihak yang terlibat.

Sementara itu salah satu suara pro atas kehadiran timnas Israel datang dari Forum Akademisi Peduli Sepak Bola Indonesia (FAPSI).

Mereka meminta agar Piala Dunia U-20 harus tetap bisa digelar di tengah pro-kontra, dan penolakan, terhadap keikutsertaan Israel. Pasalnya, ia menambahkan, ajang ini bisa menjadi momen kebangkitan sepak bola Indonesia.

Selanjutnya, sebagai sebuah negara yang menghargai hak asasi manusia dan keadilan internasional, Indonesia seharusnya memperlakukan semua tim peserta Piala Dunia U-20 dengan adil tanpa diskriminasi apapun, termasuk timnas Israel.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kontroversi terkait keberadaan Israel dalam kompetisi sepak bola internasional memang kerap terjadi.

Namun, demikian hal ini tidak boleh menjadi alasan untuk memperlakukan tim nasional Israel secara diskriminatif atau merugikan mereka secara tidak adil.

Sebagai tuan rumah, Indonesia harus memastikan bahwa semua tim peserta, termasuk timnas Israel, dapat berkompetisi dengan aman dan terjamin keamanannya selama berada di Indonesia.

Prinsip Fair Play dan Sportivitas

Selain itu, Indonesia juga seharusnya tetap berpegang pada prinsip-prinsip fair play dan sportivitas dalam menjalankan perhelatan Piala Dunia U-20.

Namun demikian, Indonesia juga dapat memanfaatkan kehadiran timnas Israel untuk mempromosikan dialog dan perdamaian antara Palestina dan Israel.

Indonesia dapat mengadakan kegiatan-kegiatan di luar lapangan yang dapat memfasilitasi dialog antara kedua belah pihak dan memperkuat pemahaman tentang pentingnya perdamaian dan toleransi diantara sesama manusia.

Dalam hal ini, Indonesia dapat menunjukkan bahwa olahraga, khususnya sepak bola, dapat menjadi sarana untuk mempromosikan perdamaian dan mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada di antara kita.*

Penulis: Dr. Edi Siregar (Peneliti Bidang Olahraga Kemasyarakatan dari Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) Jakarta

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life