Home » Pabrik Green Smelter Pertama di Morowali Serap 15 Ribu Tenaga Kerja

Pabrik Green Smelter Pertama di Morowali Serap 15 Ribu Tenaga Kerja

by Lala Lala
2 minutes read
pexels gaynor mullen 13966173

ESENSI.TV - MOROWALI

Pabrik green smelter nikel pertama di Morowali, Sulawesi Tengah, diyakini menyerap 15 ribu tenaga kerja pada masa konstruksi. Proyek ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah secara khusus dan pulau Sulawesi pada umumnya.

“Keberadaan proyek ini juga membantu menyerap sekitar 12 ribu hingga 15 ribu tenaga kerja saat masa konstruksi. Selanjutnya menyerap sekitar 3 ribu tenaga kerja saat operasional,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto saat peletakan batu pertama (groundbreaking) PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (PT BNSI). Kegiatan itu dilakukan di Morowali, Sulawesi Tengah, Jumat (10/2/2023).

PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) merupakan Proyek Pertambangan dan Pengolahan Nikel Rendah Karbon Terintegrasi.

Proyek Strategis Nasional

Smelter nikel yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional tersebut menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Smelter itu juga didukung sumber listrik yang berasal dari gas alam. Hal itu akan mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek dengan target hingga 33% pada 2030.

“Ini pabrik green smelter pertama yang saya lihat. Berbasis gas LNG, tentu minta dukungan dari Komisi Energi DPR RI bahwa ini adalah green energy, green product, dan green mining. Indikator green economy itu mudah. Kita lihat langitnya warna biru atau abu-abu. Kalau langit biru berarti sudah harmoni, hijau, dan baik,” jelas Airlangga.

Lokasi pertambangan berada di Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi. Lokasi pabrik pengolahan, berada di Desa Sambalagi, Kecamatan Bungku Pesisir.

Alokasi total biaya investasi untuk proyek itu mencapai Rp37,5 triliun dengan kapasitas produksi mencapai 73 ribu ton per tahun.

Baca Juga  Proyek Smelter Freeport di Gresik Terealisasi 51,7%

“Saya berharap ini akan diikuti dengan peletakan batu-batu berikutnya. InsyaAllah bisa diselesaikan dalam 2,5 tahun. Saya lihat kemampuan tim dan semangat yang ada. Proyek terlihat semuanya rapi dan tertata, saya yakin ini bagian dari manajemen yang baik,” ungkap dia menambahkan.

Kebijakan Hilirisasi Industri

Kebijakan hilirisasi industri yang dilakukan pemerintah diharapkan memperkuat daya saing ekonomi nasional. Khususnya menghadapi tantangan ketidakpastian kondisi perekonomian global saat ini.

Indonesia juga bertekad menjadi pemain kunci global dalam industri hilirisasi berbasis komoditas. Diantaranya dengan mengurangi ekspor bahan mentah dan meningkatkan hilirisasi industri berbasis SDA di dalam negeri.

Sebagaimana diketahui, salah satu komoditas dengan jumlah cadangan besar di Indonesia adalah nikel. Data U.S. Geological Survey memperlihatkan, cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama mencapai 21 juta ton. Angka ini setara dengan 22% cadangan global.

Produksi nikel Indonesia juga menempati peringkat pertama sebesar 1 juta ton. Angka ini pun melebihi Filipina (370 ribu ton) dan Rusia (250 ribu ton). Hilirisasi nikel juga telah terbukti berkontribusi positif dan di sepanjang 2022 telah berkontribusi 2,17% terhadap total ekspor non migas.

“Diharapkan ada multiplier effect yang didapatkan masyarakat dari kegiatan ini. Agar masyarakat terlibat pada ekosistem pengembangan industri yang ada di Morowali. Pertumbuhan yang cepat akan diikuti kesejahteraan masyarakat, karena investasi artinya adalah lapangan kerja. Saya menghimbau agar korporasi mengirim sebanyak-banyaknya pemuda-pemudi di sekitar sini untuk pendidikan dan pelatihan. Agar nantinya bisa bekerja di perusahaan ini,” tutup Airlangga.

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life