Home » Penyemprotan Air Jakarta Kurangi Polusi Atau Tidak?

Penyemprotan Air Jakarta Kurangi Polusi Atau Tidak?

by Administrator Esensi
2 minutes read
Penyemprotan Air di Jakarta

ESENSI.TV - JAKARTA

Saat ini Pemerintah Daerah Jakarta tengah berupaya melakukan penyemprotan air dalam rangka mengurangi polusi udara. Berkaitan dengan efektif atau tidaknya hal tersebut, beberapa data ilmiah menunjukkan hasil yang beragam.

Penelitian di China yang dimuat dalam Jurnal Ilmiah “Toxics” bulan Juni 2021 jelas menyebutkan “Large-Scale Spraying of Roads with Water Contributes to, Rather Than Prevents, Air Pollution”. Sehingga penyemprotan air bukannya mencegah, tapi justru menambah polusi.

Hasil penelitian secara lengkapnya menyebutkan “We discovered that spraying large quantities of tap or river water on the roads leads to increased PM2.5 concentration and humidity, and that daily continuous spraying produces a cumulative effect on air pollution. Our results demonstrate that spraying roads with water increases, rather than decreases, the concentration of PM2.5 and thus is a new source of anthropogenic aerosol and air pollution.”

Jadi lebih jelasnya penelitian ini menyatakan bahwa menyemprotkan air dalam jumlah besar ke jalan cenderung meningkatkan konsentrasi PM2,5 dan juga kelembaban.

Beberapa Penelitian Terdahulu

Di sisi lain, terdapat pendapat yang menyimpulkan sebaliknya. Pada jurnal “Environmental Chemistry Letters Volume” tahun 2014, disebutkan “I found that the water spray geoengineering method can reduce the PM2.5 pollution in the atmosphere very efficiently to 35 μg m−3 level in a very short time period from few minutes to hours or days, depending on the precipitation characteristics.”

Jadi jurnal tersebut menjelaskan bahwa penyemprotan air secara  geo-engineering dapat menurunkan kadar polusi PM 2.5 secara efisien. Tetapi memang metodologi penelitian tahun 2014 ini tidak selengkap penelitian pada jurnal “Toxic” (yang juga tahunnya lebih baru, 2021). Sehingga secara ilmiah dapat dengan jelas kita lihat perbedaannya.

Laporan penelitian lanjutan di Maret 2022 yang dipublikasi di jurnal ilmiah “Proc. ACM Interact. Mob. Wearable Ubiquitous Technol” memberi perspektif yang berbeda pula. Peneliti ini menggunakan metode “iSpray (Intellegent Spraying)”. Ini merupakan suatu desain software baru tentang teknik penyemprotan air yang lebih baik.

Baca Juga  Presiden Terima Surat Kepercayaan 12 Dubes Negara Sahabat

Penelitian Lainnya di India

Hasil penelitian itu menyebutkan “iSpray reduces the total sprayer switch-on time by 32%, equivalent to 1, 782 𝑚3 water and 18, 262 𝑘𝑊 ℎ electricity in our deployment, while decreasing the days of poor air quality at key spots by up to 16%.”

Artinya, “iSpray” dengan intelegensia memberi cara penyemprotan yang lebih efisien dan memberi dampak baik pula pada penanganan polusi udara.

India pernah juga mencoba menyemprotkan air di polusi udara kota New Delhi, tetapi tidak memberikan hasil yang memadai. Dan dituliskan di “The Times of India” November 2020 bahwa “Delhi: Spraying water may not get you clean air”.

Disebutkan bahwa mungkin penyemprotan air akan ada gunanya hanya pada daerah yang sedang banyak membangun gedung dan menimbulkan debu. Bila terbawa angin dapat menyebabkan “large construction sites and locations with substantial dusty materials as dust can become airborne when winds pick up.”

Di taman kota New Delhi seperti Nehru Park pernah juga dicoba disemprotkan semacam uap/kabut air, melalui cerobong besar. Jadi air dari tangki lalu disalurkan ke mesin dan disemprotkan sudah dalam bentuk uap / kabut air. Walau ini tentu juga belum ada kajian ilmiah yang tegas.

Sebagai info, penyemprotan air di sejumlah ruas Jakarta bila dilakukan secara rutin dapat mengurangi polusi udara. Meksipun hal ini masih terus dilihat dan dievaluasi oleh Pemda dan juga Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya.

Dengan beberapa penjelasan di atas maka memang harus betul-betul dianalisa secara ilmiah cara apa yang akan kita gunakan untuk mengatasi polusi udara yang masih terus buruk pada hari-hari ini.

Penulis: Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI
                Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)

Editor: Nabila Tias Novrianda/Addinda Zen

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life