Berdasarkan perkiraan 19,3 juta kasus dan hampir 10 juta kematian pada tahun 2020, kanker kini menjadi penyebab kematian kedua di dunia.
Beban global akibat kanker diperkirakan akan meningkat dengan angka kejadian dan kematian yang diperkirakan meningkat sebesar 40% pada tahun 2040.
Hingga separuh kasus kanker dapat dicegah, sehingga tindakan pencegahan kanker merupakan cara yang hemat biaya. Tujuannya, untuk mengurangi kejadian dan kematian akibat kanker.
Terdapat berbagai strategi dan pendekatan pencegahan berbasis bukti yang dapat diambil oleh pemerintah nasional, regional dan kota untuk mengurangi beban kanker.
Berikut empat faktor yang bisa memicu risiko kanker. Seperti dilansir dari laman The Union for International Cancer Control (UICC), Senin (5/2/2024).
1. Tembakau
Penggunaan tembakau membunuh delapan juta orang per tahun. Secara total, terdapat sekitar satu miliar perokok di seluruh dunia. Sebanyak 800 juta diantaranya tinggal di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Yang mana perusahaan-perusahaan tembakau secara aktif menargetkannya.
Konsumsi produk tembakau dapat menyebabkan perkembangan lebih dari 12 jenis kanker. Atau menyumbang 25% dari seluruh kematian akibat kanker secara global. Hal ini menjadikan tembakau sebagai faktor risiko kanker terbesar yang dapat dihindari.
Hal ini mencakup orang-orang yang merokok secara langsung. Mereka yang menjadi perokok pasif, dan konsumsi produk tembakau tanpa asap (seperti tembakau kunyah atau snus).
2. Alkohol
Jumlah kasus kanker akibat alkohol diperkirakan lebih dari 740.000 per tahun. Risiko kanker meningkat seiring dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi seseorang.
Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko berbagai jenis kanker termasuk mulut, faring, laring, esofagus, hati, pankreas, kolorektal, dan payudara.
Orang yang mengonsumsi alkohol dan tembakau memiliki peningkatan risiko 5 kali lipat terkena kanker rongga mulut, orofaring, laring, dan esofagus dibandingkan dengan orang yang hanya mengonsumsi alkohol atau tembakau saja. Bagi pengguna berat, risikonya 30 kali lebih tinggi.
3. Kegemukan
Kelebihan berat badan (indeks massa tubuh atau BMI di atas 25) dan obesitas (BMI di atas 30) berhubungan dengan beberapa jenis kanker, termasuk kanker esofagus, payudara, endometrium, dan kolorektum.
Memperbaiki faktor pola makan, seperti konsumsi buah dan sayur, serta aktivitas fisik secara teratur juga terbukti mengurangi kejadian kanker dan membantu menurunkan risiko penyakit tidak menular lainnya.
Pemerintah dapat membantu mengurangi paparan masyarakat terhadap makanan tidak sehat dengan menerapkan kebijakan yang sangat membatasi pemasaran dan penjualan produk yang berkontribusi terhadap indeks massa tubuh tinggi, seperti makanan olahan dan minuman manis.
4. Kurang Olahraga Fisik
Aktivitas fisik yang teratur membantu mengurangi risiko kanker dengan menjaga berat badan yang sehat, mengatur kadar hormon, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Pemerintah harus meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya aktivitas fisik, menyediakan akses yang aman ke ruang terbuka publik dan ketentuan yang memadai untuk berjalan kaki dan bersepeda, serta mendorong penerapan aktivitas fisik di tempat kerja.
Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu