Home » Seorang Paskibra Meninggal Sebelum Dapat Pertolongan Puskesmas

Seorang Paskibra Meninggal Sebelum Dapat Pertolongan Puskesmas

by Addinda Zen
2 minutes read
Paskibra Meninggal Klaten

ESENSI.TV - YOGYAKARTA

Salah satu anggota pasukan pengibar bendera atau paskibra SMKN 2 Gedangsari meninggal dunia selesai latihan sore hari, 9 Agustus lalu. TA (16) merupakan warga Desa Bogem, Klaten, Jawa Tengah.

Paman TA, Giyanto menyampaikan, TA sempat merasakan pegal di kaki dan minta dipijat sepulangnya ke rumah. Setelah dipijat, TA pingsan dan dilarikan ke Puskesmas.

“Sehabis pulang, jam 17.00 WIB beraktivitas biasa di rumah, bercanda dengan ayah ibunya. Habis magrib bercanda dengan keluarga di depan televisi tapi kaki merasa pegal minta dipijat,” jelas Giyanto.

TA meninggal di Puskesmas Bayat tanpa mendapat pertolongan terlebih dahulu. Sebelumnya, TA mengalami kesakitan dan kejang. Warga setempat menyampaikan, saat tiba di puskesmas, tidak ada dokter hanya ada perawat. Begitu pula supir ambulans yang tidak ada di lokasi saat TA ingin dibawa ke rumah sakit.

“Dibawa ke puskesmas tapi dokternya tidak ada, yang ada perawat dan dinyatakan meninggal. Mau dibawa RS, ambulans juga ada tapi sopirnya yang tidak ada,” ujarnya.

Warga Pertanyakan Pelayanan Puskesmas

Setelah kejadian tersebut, warga setempat mendatangi Puskesmas Bayat untuk mempertanyakan pelayanan pada TA. Warga menyebut, Puskesmas Bayat sering menyepelekan kedatangan pasien. Selain itu, warga juga mempertanyakan pelayanan 24 jam yang diklaim oleh puskesmas.

“Banyak sekali keluhan masyarakat, bahkan ratusan kali. Yang kami tanyakan, puskesmas sudah pasang plakat 24 jam mestinya petugas harus stand by, jangan cuma tulisan,” ujar warga.

Baca Juga  Kosmopolitan Nusantara: Berbagi Pengalaman Mengurus Selangor Sebagai Model Malaysia Madani

Merespon warga, Kepala Puskesmas, Dr. Wahyu Ciptadi menyebut, pihaknya sudah memberikan penanganan pada TA berupa pemasangan alat. Namun, kondisi TA saat tiba di Puskesmas sudah dalam keadaan biru dan berbusa.

“Kasus kemarin, tidak ada lima menit datang itu sudah ditangani anak-anak, sudah dipasang (alat) dan sudah positif (meninggal), riwayatnya dari rumah sudah biru, sudah berbusa. Biasanya itu jantung tapi perlu pemeriksaan lebih lanjut,” jelasnya.

Terkait supir ambulans, pihak Puskesmas Bayat mengaku kekurangan personel. Biasanya, ada perawat yang difungsikan sebagai supir. Namun, saat kejadian TA, tidak ada perawat yang bisa menyetir.

“Kalau mobil cukup, cuma driver yang belum. Tidak (dokter tidak 24 jam), biasanya kami call jika ada yang mendesak,” tambah Wahyu.

Kabar salah satu paskibra meninggal ini sampai ke Bupati Klaten Sri Mulyani. Ia menyebut, pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap pelayanan Puskesmas Bayat. Ia berencana menggelar rapat koordinasi dengan membahas kondisi semua puskesmas di Klaten.

“Segera saya rapatkan kondisi di wilayah, kondisi di puskesmas rawat inap ini seperti apa. Kok hampir sama dengan kasus yang dulu (di Gantiwarno), ini akan menjadi evaluasi saya,” ujarnya.

Sri Mulyani menyampaikan, SDM di Puskesmas seharusnya siaga 24 jam untuk keadaan darurat. Pasalnya, Puskesmas menjadi fasilitas kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat.

 

Editor: Dimas Adi Putra

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life