Home » SIMAK! 22 Desember hari Ibu, ini Sejarahnya

SIMAK! 22 Desember hari Ibu, ini Sejarahnya

by Dimas Adi Putra
2 minutes read
pexels george dolgikh 2072162 scaled

ESENSI.TV - JAKARTA

Mengapa Indonesia menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu? Apakah itu hanya terkait dengan cinta ibu? lihat ceritanya.
Kita kembali ke tanggal 22-25 Desember 1928, ketika Kongres Perempuan Indonesia pertama diadakan di Yogyakarta.
Prajurit dari Jawa dan Sumatera menghadiri konvensi tersebut.

Gedung Mandala Bhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto menjadi saksi bisu berkumpulnya 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera Dari Kongres Perempuan inilah lahir Kongres Perempuan Indonesia atau Kowani Ini adalah pendahulu Hari Ibu di Indonesia

Sejarah Hari Ibu

Jika ditarik mundur jauh lagi ke belakang, sejak 1912 di Indonesia sudah ada beberapa organisasi wanita. Melalui gerakan-gerakan perjuangan, M. Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan.

Agenda utama Kongres Perempuan Indonesia I adalah persatuan perempuan Nusantara, peranan dalam perjuangan kemerdekaan, kontribusi dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan dini, dan lain sebagainya.

Pada bulan juli 1935 kongres wanita Indonesia kedua diadakan. Musyawarah tersebut membentuk BPBH ( Badan Pemberantasan Buta Huruf) untuk menentang perlakuan tidak adil terhadap buruh perempuan di pabrik Rembang.

Pada tahun 1938, Kongres Perempuan Indonesia ketiga memutuskan untuk menjadikan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. Hari ibu telah dirayakan setiap tahun sejak saat itu, mencapai puncaknya pada tahun 1953.

Saat itu, hingga 85 kota di Indonesia, dari Meulaboh hingga ternate, menggelar hujatan besar. Namun, Pemerintah sendiri menjadikan hari ibu sebagai hari libur nasional baru pada tahun 1959 di perkuat dekrit presiden  nomor 316 Tahun 1959.

Baca Juga  Peringati Hari Ibu ke-95, Cerita Nuraini Didik 10 Anaknya Jadi Sukses

Makna Hari Ibu

Semula, peringatan hari jadi ini dimaksudkan untuk mengenang semangat dan perjuangan perempuan untuk meningkatkan kualitas bangsa Misi ini menginspirasi perempuan dari semua lapisan masyarakat untuk bersatu dan bekerja sama.

Ada beberapa contoh semangat tersebut, antara lain peringatan 25 tahun Hari Ibu Kota Solo Bazaar diadakan hari itu, dan hasil dari bazaar akan digunakan untuk mendanai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak perempuanPada kesempatan itu, panitia juga menggelar rapat paripurna dan mengeluarkan resolusi yang meminta pemerintah mengendalikan harga bahan sembako.

Pawai dan merayakan peringatan Hari Ibu pada tahun 1950 berbicara langsung dengan kepentingan perempuan. Hal yang baik tentang tahun ini adalah untuk pertama kalinya seorang wanita menjadi pendeta. Presiden Sukarno mengangkat Maria Ulfach sebagai Menteri Sosial.

Prestasi internasional perempuan Indonesia tercatat pada tahun 1973. Pada tahun itu, Kovani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW) Posisi ini sangat dibanggakan karena perempuan Indonesia duduk di salah satu dewan penasehat PBB.

Peringatan Hari Ibu Masa Kini

Hari ini, perayaan Hari Ibu lebih fokus mengungkapkan rasa cinta dan syukur kepada ibu. Dimulai dengan mengirimkan bunga dan hadiah, para ibu datang untuk membebaskan ibu dari pekerjaan rumah tangga sehari-hari.

Dibandingkan dengan niat semula untuk memperingati Hari Ibu, nampaknya terjadi pergeseran makna Jika sebelumnya peringatan ini merayakan peran perempuan dalam perjuangan, kini merayakan peran perempuan di ranah domestik.

Meski maknanya semakin berkurang, tidak ada salahnya menghormati hari ini sebagai salah satu cara untuk menghormati perempuan yang memiliki banyak peran dalam segala aspek kehidupan.

 

Editor : Dimas adiputra

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life