Home » Solusi soal Ancaman Krisis Air Bersih di Indonesia Menurut Pakar Hidrologi UGM

Solusi soal Ancaman Krisis Air Bersih di Indonesia Menurut Pakar Hidrologi UGM

by Nazarudin
1 minutes read
workshop solusi krisis air

PAKAR hidrologi Prof Dr. Ing. Ir. Agus Maryono, IPM. ASEAN.Eng. memperkenalkan Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia dan Gerakan Restorasi Sungai Indonesia. Hal ini merujuk pada laporan Bank Dunia pada 2022 yang menyebutkan, saat ini populasi dunia mencapai lebih dari 7,9 miliar jiwa, dan terus meningkat setiap tahunnya. Angka tersebut berbanding terbalik dengan ketersediaan air bersih dunia.

Indonesia sendiri diperkirakan akan mengalami krisis air bersih pada tahun 2040. Ancaman ini tentunya memerlukan penanganan dan antisipasi khusus agar masyarakat tidak kekurangan air bersih.

Dekan Sekolah Vokasi UGM ini mengatakan, air hujan dapat menjadi salah satu sumber air alternatif, terlebih dengan kondisi dua musim yang dimiliki Indonesia.“Sebenarnya air tanah itu tidak hanya dipompa, dipakai, dan diukur, tapi perlu dikonservasi. Salah satu konservasinya adalah dengan air hujan,” kata Agus dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (24/5).

Menurut Agus, air hujan yang turun setiap periode musim penghujan selama ini langsung dialirkan ke saluran drainase tanpa adanya upaya pengolahan kembali. Padahal, rata-rata curah hujan Indonesia mencapai 2.000-3.000 millimeter per tahun.Air hujan yang dikonversi bisa diinjeksikan ke dalam tanah itu akan bisa memperbaiki kualitas dan kuantitas air tanah.

Baca Juga  Kepala BMKG: Krisis Air karena Perubahan Iklim Jadi Ancaman Serius

Dia mengatakan, selain memanen air hujan, juga menyampaikan upaya restorasi sungai yang memiliki peran strategis bagi kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal ketersediaan air bersih. Sayangnya, kondisi sungai-sungai di Indonesia justru sangat memprihatinkan dengan adanya tumpukan sampah dan ekosistem yang tidak terawat.

Untuk itu, ia menawarkan lima konsep restorasi sungai, yakni restorasi hidrologi, restorasi ekologi, morfologi, sosial ekonomi, serta restorasi kelembagaan dan peraturan.

Dikatakan Agus, kedua solusi menghadapi ancaman krisis air ini sudah diterapkan bertahun-tahun di masyarakat dan menuai hasil yang signifikan. Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dan Glintung, Malang menjadi dua desa yang memelopori Gerakan Memanen Air Hujan. Komitmen Kecamatan Tegalrejo menerapkan inovasi tersebut membuat daerah ini mendapat predikat Kampung Ramah Air Hujan.

Ide untuk memberikan solusi menghadapi ancaman krisis air bersih ini juga sudah disampaikan Agus Maryono dalam workshop internasional “Groundwater Sustainability in Indonesia: A Scoping Study to Pilot a Participatory Groundwater Management Approach” pada 7-8 Mei 2024 lalu di Jakarta. Workshop ini menjadi salah satu respons terhadap isu ketersediaan air beserta penanganannya, khususnya di Indonesia.

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life