Home » Hindari! Ini 4 Alasan Mengapa Pernikahan Anak Sangat Berbahaya

Hindari! Ini 4 Alasan Mengapa Pernikahan Anak Sangat Berbahaya

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Ilustrasi pernikahan anak. Foto: Image by 8photo on Freepik

ESENSI.TV - JAKARTA

Pernikahan anak mempunyai dampak yang luas terhadap kesehatan fisik dan mental anak perempuan serta peluang seumur hidup.

Anak perempuan yang menikah ketika masih anak-anak cenderung tidak mencapai potensi maksimalnya.

Mereka menghadapi perpisahan dari keluarga dan teman selama tahap kritis dalam hidup mereka.

Mereka diharapkan untuk mengambil peran sebagai perempuan dewasa – mengurus rumah tangga dan membesarkan keluarga – daripada bersekolah dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang sehat dan permainan yang sesuai dengan usia mereka.

Pengantin anak biasanya tidak bisa memilih masa depannya sendiri.

Setidaknya, ini 4 alasan mengapa pernikahan anak sangat berbahaya, seperti dilansir dari laman resmi World Vision, Senin (18/12/2023).

1. Anak Tidak Bisa Melanjutkan Pendidikan

Pernikahan anak berdampak signifikan terhadap kemampuan anak perempuan untuk melanjutkan pendidikannya.

Banyak anak perempuan terpaksa putus sekolah karena fokus pada tanggung jawab rumah tangga atau membesarkan anak.

Orang tua dan tokoh masyarakat mungkin tidak melihat manfaat dari terus mendidik anak perempuan, karena menganggap hal tersebut tidak diperlukan dalam peran utamanya sebagai istri dan ibu.

2.  Berdampak Buruk Terhadap Kesehatan dan Perkembangan Anak

Pernikahan anak mempunyai dampak buruk terhadap kesehatan dan perkembangan anak perempuan.

Baca Juga  Menhan Prabowo Wujudkan Visi Penguatan Ketahanan Nasional

Sebagai anak-anak, mereka belum siap secara fisik dan emosional untuk menjadi ibu.

Ibu remaja dan bayinya memiliki risiko kematian saat melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan wanita yang memiliki anak di kemudian hari.

Faktanya, komplikasi kehamilan dan persalinan merupakan salah satu penyebab utama kematian secara global di kalangan remaja perempuan berusia 15 hingga 19 tahun.

3. Belum Paham Soal Alat Reproduksi

Remaja perempuan juga mungkin belum sepenuhnya memahami kesehatan seksual dan reproduksi mereka dan mungkin mengalami kesulitan dalam mengakses informasi kontrasepsi dan keluarga berencana.

Mereka juga lebih mungkin mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau eksploitasi, bahkan dalam pernikahan.

4. Anak Berpotensi Dieksploitasi Secara Fisik dan Ekonomi

Anak perempuan yang hidup dalam perkawinan informal dibandingkan dengan perkawinan yang diakui menghadapi risiko eksploitasi dan pelecehan ekonomi yang lebih besar karena mereka tidak mendapatkan keuntungan penuh atas pengakuan sosial, kewarganegaraan, dan warisan.

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life