Home » Industri Minuman Ringan Masih Tumbuh Dari Impor

Industri Minuman Ringan Masih Tumbuh Dari Impor

by Addinda Zen
2 minutes read
Impor Minuman Ringan

ESENSI.TV - JAKARTA

Pada 2023 lalu, Indonesia masuk sebagai salah satu negara pasar minuman ringan non-alkohol terbesar ke-8. Berdasarkan Stasista Market Insight, Indonesia memiliki nilai penjualan mencapai 16 miliar USD atau sekitar Rp23,03 triliun sepanjang tahun.

Penjualan AMDK

Sejalan dengan hal ini, Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) menyebut industri minuman ringan Indonesia sebagian besar berupa produk air mineral dalam kemasan (AMDK). Produk ini menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan industri tersebut.

Secara umum, tingkat penjualan industri minuman ringan mengalami peningkatan sebesar 3,1% secara tahunan (year on year). Dari total volume penjualan, AMDK mendominasi sebanyak 60 persen, sehingga apabila dikonversi menjadi tingkat pertumbuhan per tahun dalam periode tertentu (Compounded Annual Growth Rate/CAGR) di tahun 2020-2022, industri minuman ringan tidak mengalami pertumbuhan sama sekali.

Ketua Umum Asrim, Triyono Prijosoesilo mengaku hal ini masih menjadi tantangan. Ketergantungan industri masih berada pada satu kategori minuman tertentu.

“Ini menjadi tantangan kami melihatnya belum sustainable dan belum kuat, karena masih bergantung pada satu kategori, idealnya kategori lain bisa tumbuh, nyatanya tidak, dan ini menjadi tantangan bagi kami,” ujarnya, dikutip dari ANTARA, Kamis (14/3).

Baca Juga  Setelah 78 Tahun, Belanda Resmi Akui Kemerdekaan RI

Impor Minuman Ringan

Tidak hanya itu, tantangan lainnya adalah bahwa minuman dalam kemasan berasal dari impor. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memaparkan bahwa ekspor produk minuman ringan Indonesia tahun 2022 sebesar US$ 99 juta. Sementara itu, importasinya sebesar US$ 129 juta.

“Sebenarnya, kalau dari sisi impor minuman dalam kemasan sendiri memang ini menjadi PR juga, bagaimana kita bisa membuat industri kita menjadi tuan rumah,” ujar Triyono.

Triyono menjelaskan, produk minuman dari luar negeri lebih banyak ditemukan di daerah-daerah perbatasan. Pasalnya, lebih mudah mendatangkan produk impor dari luar negeri ketimbang mengirimkan produk buatan dalam negeri.

Besarnya nilai impor produk minuman ringan turut berdampak terhadap defisit neraca dagang Indonesia.

Kementerian Perindustrian menyampaikan, pihaknya sedang mengupayakan koordinasi dengan berbagai kementerian/lembaga. Biaya produksi industri minuman ringan dalam negeri diusahakan agar ditekan semaksimal mungkin

“Kami upayakan koordinasi dengan berbagai kementerian/lembaga agar bahan baku minuman ringan di dalam negeri tersedia dengan harga lebih terjangkau,” ujar Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Merrijantij Punguan Pintaria.

 

 

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life