Home » Ini 4 Kelenteng Tertua di Indonesia yang Selalu Ramai Pengunjung

Ini 4 Kelenteng Tertua di Indonesia yang Selalu Ramai Pengunjung

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Klenteng Hok Tek Sin Jepara

ESENSI.TV - JAKARTA

Kelenteng atau vihara menjadi tempat yang wajib dikunjungi pada perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh dan Toa Peh Kong ataupun secara umum bagi umat Budha. Nah, di Indonesia tercatat ada ratusan kelenteng yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Puluhan kelenteng adalah bangunan tua alias sudah didirikan jauh sebelum Indonesia merdeka. Kita akan membahas empat kelenteng yang sudah berusia ratusan tahun pada empat kota di negeri ini.

Informasi ini diolah dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI dan Perkumpulan Tridharma (Sam Kauw Hwee/San Jiao Hui).

1. Kelenteng Ban Hion Kiong

Kelenteng Ban Hion Kiong Manado Sulawesi Utara Kemenparekraf

Kelenteng Ban Hion Kiong, Manado, Sulawesi Utara. Foto: Kemenparekraf

Kelenteng Ban Hion Kiong ini lokasinya Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Calaca, Kota Manado, Sulawesi Utara. Ban Hion Kiong ini adalah kelenteng tertua di Manado. Sama dengan usia bangunannya, di dalamnya juga masih tersimpan benda-benda kuno dan bersejarah.

Salah satunya adalah meriam pemberian VOC yang dibuat tahun 1778. Klenteng Ban Hin Kiong menjadi tempat umat Budha melakukan ibadah dan memanjatkan doa-doa kepada para Dewa, sekaligus menjadi salah satu situs wisata di Manado.

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, Ban Hing Kiong berasal dari bahasa Tiongkok. Ban artinya banyak, Hin berarti berkah melimpah dan Kiong yang bermakna Istana. Jadi Ban Hion Kiong artinya Istana yang menyediakan berkah melimpah.

2. Kelenteng Hok Tek Ceng Sin

Klenteng Hok Tek Sin Jepara

Klenteng Hok Tek Sin Jepara, Jawa Tengah.

Kelenteng Hok Tek Ceng Sin terdapat di Desa Welahan, Kecamatan Welahan, Jepara, Jawa Tengah, artinya gerbang damai sejahtera. Sebagai bukti usia kelenteng yang sudah tua, Hok Tek Ceng Sin dibangun dengan menggunakan atap pelana tumpang khas bangunan Tiongkok.

Baca Juga  Gaya Klub Sepak Bola Barcelona Rayakan Imlek

Di puncaknya terdapat patung sepasang naga berebut mustika, dengan tulisan huruf Tionghoa yang artinya “Naga adalah lambang keadilan, kekuatan dan menjadi penjaga barang-barang dan tempat suci”.

Sepasang Ciok say tampak berjaga di Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Jepara ini. Ciok say atau Singa Kilin tersusun dari 18 jenis binatang. Badan kuda sisik ular dan ikan, buntut kura-kura, kaki burung, macan, kerbau, mata kepiting, telinga kelinci, taring macan, jenggot dan mulut singa.

3. Kelenteng Caow Eng Bio

Klenteng Caow Eng Bio Tanjung Benoa Bali Foto Kintamani

Klenteng Caow Eng Bio Tanjung Benoa Bali Foto Kintamani

Kelenteng Caow Eng Bio berada di Tanjung Benoa, Bali. Usia tempat ibadah umat Konghucu ini juga sudah ratusan tahun, yaitu dibangun pada tahun 1548 atau diyakini masyarakat setempat sejak zaman Kerajaan Badung.

Lahan kelenteng diberikan oleh Raja Pemecutan Badung, tetapi prasasti di samping kiri kelenteng tertulis tahun 1882, yaitu tahun ke-8 pemerintahan Kaisar Guangxu. Sedangkan, mayoritas artifak yang ada di kelenteng, semuanya berasal dari masa pemerintahan Kaisar Guanxu.
Kelenteng Caow Eng Bio menjadi satu-satunya kelenteng di Indonesia yang memiliki Dewi Laut Shui Wei Shen Niang. Di mana Dewi Laut Shui Wei Shen Niang hanya ada di empat negara di dunia, yaitu Thailand, China, Malaysia dan Singapura.

4. Kelenteng Bahtera Bhakti

Kelenteng Bahtera Bakti Foto Tridarma

Kelenteng Bahtera Bakti Foto Tridarma

Kelenteng Bahtera Bhakti masih berdiri tegak di Jalan Pantai Sanur Nomor 5, Ancol, DKI Jakarta, sejak didirikan pada tahun 1650 silam. Data Pendidikan Tridarma menunjukkan pembangunan Kelenteng Bahtera Bhakti ini sama dengan Kelenteng Jin De Yuan, di Jalan Kemenangan III Nomor 13, Jakarta.

Data Pendidikan Tridarma menunjukkan sebelumnya, Kelenteng Bahtera Bhakti Ancol bernama Da Bo Gong, yaitu nama Dewa Air yang dipuja pelaut sejak zaman Dinasti Song untuk keamanan pelayaran.

Editor: Erna Sari Ulina Girsang
Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life