Home » Jumat Agung, Peringatan Hari Penebusan Dosa Umat Manusia

Jumat Agung, Peringatan Hari Penebusan Dosa Umat Manusia

Umat Kristen Melakukan Perjamuan Kudus

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read

ESENSI.TV - JAKARTA

Jumat Agung atau Hari Wafat Isa Almasih diperingati setiap minggu pertama April sebagai pengingat kembali bahwa segala kutuk dosa yang menyebabkan manusia jauh dari Allah, telah lunas ditebus dengan kematian Yesus di kayu salib.

Tahun 2023, Jumat Agung jatuh pada hari ini, Jumat (7/4/2023), sebagai satu rangkaian dari peringatan Pekan Suci umat Kristen.

Jumat Agung diperingati sebelum Hari Paskah. Sejak awal Kekristenan, Jumat Agung menjadi sebagai hari berduka cita, penebusan dosa dan puasa.

Seperti dilansir dari laman pusat ensiklopedia Britanicca, disebutkan karakteristik Jumat Agung diungkapkan dengan Bahasa Jerman Karfreitag (Jumat Duka cita).

Mengikuti Injil Sinoptik, yaitu Matius, Markus dan Lukas, arus utama tradisi Kristen berpendapat bahwa perjamuan terakhir Yesus dengan murid-muridnya pada malam sebelum Penyaliban adalah sebelum Paskah.

Yesus mati di kayu salib tanggal 15 Nisan dari kalender Yahudi atau pada hari pertama Paskah. Mulai saat matahari terbenam.

Menurut penanggalan Masehi (Barat), tanggal tersebut adalah 7 April atau tanggal 14 Nisan.

Akan tetapi, orang Kristen tidak memperingatinya tetap tanggal 7 setiap tahun.

Sebaliknya, peringatan dilakukan mengikuti tanggal Paskah yang tampaknya fleksibel, lebih sesuai dengan kalender lunisolar Yahudi daripada kalender matahari Gregorian.

Dengan menghubungkan Perjamuan Terakhir dengan Paskah. Hari Paskah akan diperingati dua hari kemudian.

Hari Paskah adalah peringatan hari Kebangkitan Yesus. Setelah, abad ke-4, Perjamuan Terakhir Yesus, Kematian di Kayu Salib dan Kebangkitan Yesus (Paskah) diperingati secara terpisah.

Baca Juga  Rocky Gerung Sebut Kondisi Ekonomi Jadi Sebab Sosiologi KDRT

Paskah, sebagai peringatan Kebangkitan Yesus, dianggap sebagai peristiwa penting.

Bentuk Liturgi Peringatan Jumat Agung

Perayaan liturgi Good Friday telah mengalami berbagai perubahan selama berabad-abad. Bentuk kegiatan untuk memperingatinya juga berbeda-beda.

Di Gereja Katolik Roma misa tidak dirayakan pada hari Jumat Agung, tetapi liturgi tetap dilakukan.

Dimulai pada Abad Pertengahan, hanya Imam yang memimpin mengambil Komuni Kudus, yang ditahbiskan dalam misa Kamis Putih.

Kemudian, sejak tahun 1955, umat awam juga telah komuni pada Hari Penyalibab Yesus.

Liturgi Jumat Agung terdiri dari pembacaan narasi Sengsara Injil, adorasi salib dan Komuni.

Pada abad ke-17, setelah gempa bumi di Peru, Layanan Tiga Jam, meditasi doa tentang Tujuh Kata Terakhir Yesus di Kayu Salib, diperkenalkan ke liturgi Katolik oleh para Yesuit.

Dalam Komuni Anglikan, Buku Doa Umum juga mengatur penerimaan Jumat Agung dari sebuah sakramen dengan mengkonsumsi roti dan anggur yang dikuduskan pada hari sebelumnya.

Layanan Tiga Jam telah menjadi umum di gereja-gereja Amerika Utara, dan berbagai layanan liturgi diadakan pada hari Jumat Agung di gereja-gereja Protestan lainnya.

Tidak seperti Natal dan Paskah, yang telah memperoleh banyak tradisi sekuler, Jumat Agung dikonotasikan secara religious lebih intens, sehingga sering kali tidak masuk dalam tradisi sekuler.

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life