Raden Adjeng Kartini atau Raden Ayu Kartini, sosok perempuan Jawa sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia. Ia pejuang kemerdekaan dan kedudukan kaum perempuan. Dalam perjuangannya, ia melewati banyak tantangan. Keterbatasan akses pendidikan saat itu untuk perempuan, tidak menyurutkan asa Kartini memperjuangkan pembelaannya terhadap perempuan.
Kartini kerap menuliskan surat-surat yang berisi pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu. Sebagian suratnya disebut berisi keluhan dan gugatan menyangkut budaya Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Kartini ingin perempuan memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar.
Surat-surat Kartini kemudian dijadikan buku oleh banyak sastrawan, salah satu yang terkenal adalah “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku ini merupakan karya Armijn Pane, salah seorang sastrawan penerjemah surat Kartini.
Kelahirannya pada 21 April 1879 merupakan sejarah yang perlu diingat bangsa Indonesia. Tanggal tersebut dijadikan peringatan Hari Kartini berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964.
Jasa-jasa Kartini akan terus diingat dan diteladani oleh seluruh perempuan.
Gus Nas, seorang penyair terkenal Indonesia menuliskan karyanya dalam rangka peringatan Hari Kartini. Berikut puisi berjudul “Kartini Mengaji” karya Gus Nas.
“Kartini Mengaji”
Kartini mengaji dan mengeja kitab-kitab tua Ibu Pertiwi
Sejarah yang lumpuh diterkam penjajah
Literasi yang sunyi dalam pelukan monarki
Terik siang hari di Kota Jepara
Dalam dinding kayu jati berukir indah Ndalem Bupati
Kartini mengaca diri di ruang gelap
Membaca jejak jelaga kaumnya yang tak setara
Dengan arang hitam di tangannya
Kartini melukis sinar rembulan
Menulis batu karang di pasir pantai
Sekuat tenaga ia menyibak ombak
Menggali aksara di kegelapan hati
Lalu ia karang sebait puisi
Pada nasib yang timpang di negeri sendiri
Dengan kata-kata Kartini mengaca diri
Dengan surat-suratnya Kartini ingin setara
Dalam deburan doa Kartini memanjat terang-benderang dunia
Gus Nas Jogja, 21 April 2023