Kinerja industri pengolahan di Indonesia diperkirakan tetap kuat selama triwulan pertama tahun 2023 atau selama Januari hingga Maret, terlihat dari Indeks Manufaktur (Prompt Manufacturing Index/PMI) yang naik menjadi 53,3 dari 50,06 selama triwulan kempat tahun lalu.
Direktur Komunikasi, Departemen Komunikasi, Bank Indonesia, Erwin Haryono, mengatakan berdasarkan komponen pembentuknya, seluruh komponen tercatat meningkat/membaik, di mana peningkatan tertinggi pada volume produksi, volume total pesanan dan volume persediaan barang jadi.
“Seluruh subsektor industri pengolahan diprakirakan berada pada fase ekspansi dengan indeks tertinggi pada subsektor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki,” jelasnya, dalam keterangan resmi yang dilansir di laman Bank Indonesia, Jumat (13/1/2023)
Dia melanjutkan subsektor lain yang tercatat meningkat adalah subsektor Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya, Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet, serta Logam Dasar Besi dan Baja. Data BI menunjukkan Prompt Manufacturing Index Makanan, Minuman dan Tembakau naik dari 50,35 selama Triwulan IV/2022 menjadi 52,27 selama Triwulan I/2023.
PMI Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki selama Triwulan IV/2022 di posisi 55,13 naik menjadi 55,25 di Triwulan I/2023. PMI Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya selama Triwulan IV/2022 di posisi 43,58 naik menjadi 50,30 selama Triwulan I/2023.
PMI Kertas dan Barang Cetakan selama Triwulan IV/2022 di posisi 52,29 naik menjadi 54,27 selama Triwulan I/2023. PMI Pupuk, Kimia & Barang dari Karet selama Triwulan IV/2022 di posisi 47,04 naik ke posisi 53,55 selama Triwulan I/2023. PMI Logam Dasar Besi dan Baja selama Triwulan IV/2022 di posisi 48,56 naik menjadi 54,66 selama Triwulan I/2023.
PMI Alat Angkut, Mesin & Peralatannya selama Triwulan IV/2022 di posisi 52,60 naik menjadi 52,70 selama Triwulan I/2023. Namun, PMI Semen & Barang Galian Non Logam selama Triwulan IV/2022 di level 57,66 turun menjadi 53,71 selama Triwulan I/2023.
Sementara itu, kinerja sektor Industri Pengolahan triwulan IV-2022 tetap kuat dan masih berada pada fase ekspansi. Hal tersebut tercermin dari PMI-BI triwulan IV-2022 sebesar 50,06% atau berada pada fase ekspansi (indeks >50%), meskipun lebih rendah dari 53,71% pada triwulan sebelumnya.
Ekspansi terjadi pada mayoritas komponen pembentuk PMI-BI, terutama volume total pesanan, volume persediaan barang jadi, dan volume produksi. Dari subsektor, ekspansi terjadi pada Subsektor Semen & Barang Galian Nonlogam, Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki, Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya, Kertas dan Barang Cetakan, serta Makanan, Minuman, dan Tembakau.
Perkembangan PMI-BI tersebut sejalan dengan perkembangan kegiatan sektor Industri Pengolahan sebagaimana hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang masih tumbuh meski melambat, dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 1,04%.
PMI merupakan survei yang dilakukan kepada para manajer perusahaan manufaktur. Angka 50 menyebutkan pertumbuhan stagnan, di bawah 50 turun, sedangkan di atas 50 pertumbuhan kinerja. Semakin tinggi angkanya, maka ekspektasi terhadap pertumbuhan kinerja industri manufaktur semakin besar.*
Editor: Erna Sari Ulina Girsang
Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv