Tahun 2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di sekitar 5%, maksimal diproyeksikan berada di besaran 5,2%. Ada sejumlah faktor internal dan eksternal yang mengancam kondisi perekonomian Indonesia. Ini termasuk juga resesi global hingga inflasi akibat harga pangan.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menyampaikan, prediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan akan lebih tinggi, yaitu mencapai 5,05%-5,15%. Andry juga menyebut, beberapa sektor yang bisa diutamakan untuk membantu pertumbuhan ekonomi yaitu ritel, telekomunikasi, hingga hilirisasi.
“Kemudian ritel, health care, education, telekomunikasi, sektor yang di-drive oleh kebijakan pemerintah. Seperti hilirisasi, yang nanti relatif bisa men-drive,” ujar Andry Asmoro, dikutip dari Kontan, Kamis (7/3).
Menko Perekonomian
Berdasarkan laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), untuk meraih target pertumbuhan ekonomi 5,2% (yoy) pada 2024, kebutuhan investasi yang diperlukan dari berbagai pelaku ekonomi yakni berada pada kisaran Rp6.900 triliun.
Melihat sumber investasinya, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari investasi Pemerintah, perbankan, pasar modal, capital expenditure BUMN. Selain itu, juga dari penanaman modal serta internal pendanaan korporasi. Kemudian, diharapkan sektor PMA dan PMDN mampu memberikan sumbangan investasi di sekitar Rp1.600-an triliun di tahun 2024.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut, semua pihak perlu bersinergi dan memberikan kontribusi yang baik untuk menghadapi tantangan global, khususnya di sektor ekonomi.
“Pemerintah, investor, asosiasi dan pelaku usaha, perbankan, maupun media berperan sangat penting dalam membangun optimisme pembangunan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak diharapkan dapat bersinergi dan memberi kontribusi yang terbaik dalam menghadapi berbagai tantangan global yang tidak mudah,” tegas Menko Airlangga.
Kemenenterian Keuangan
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 masih bisa terjaga di atas 5 persen. Sri Mulyani menyampaikan, pertumbuhan pajak yang tinggi juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
“Pertumbuhan dari penerimaan pajak kita tahun ini masih 7 persen. So its quite remarkable despite baseline-nya naiknya sangat tinggi. Ini akan menimbulkan tax ratio-nya membaik dan kemudian kita fokus belanja akan menjadi lebih baik, meskipun ini adalah tahun terakhir dari Presiden Jokowi. Ini memang mungkin critical point-nya adalah quality spending dan speed of spending,” jelasnya, dikutip dari laman resmi Kemenkeu.
Editor: Raja H. Napitupulu