Home » Saat Liburan, Jangan Menjadi Orang Menyebalkan

Saat Liburan, Jangan Menjadi Orang Menyebalkan

by Raja H. Napitupulu
3 minutes read

ESENSI.TV - JAKARTA

Tory Miller, koki dari Madison, Wisconsin sekaligus pemilik restoran mengunggah pertanyaan di facebook mengenai “Seberapa sulit menjadi baik?” pada Agustus lalu. Seorang pekerja di depan rumahnya baru saja berhenti karena pelanggan yang ketus. Terkait hal ini, Miller menyampaikan bahwa kendala yang terjadi karena kurangnya tenaga kerja tidak bisa diselesaikan dengan teriakan ketus.

Situs berita lokal Madison.com kemudian menerima keluhan Miller serta menghubunginya untuk wawancara. Dalam wawancara, Miller mengatakan orang-orang tampak merasa berhak bertindak ketus ketika mereka sudah membayar untuk hal tersebut.

Seseorang lain yang juga merupakan pekerja di restoran setuju dengan keluhan Miller terkait sikap pelanggan yang buruk. Ia bahkan mengatakan bukan hanya dirinya yang mengalami hal tersebut, tetapi juga dialami para pekerja ritel dan layanan yang ia temui.

Saat musim liburan, akan terlihat lebih banyak pelanggan yang bersikap ketus. Perlu diingat, bahwa berbuat baik pada orang-orang yang melayani kita juga penting, sebelum kita berkumpul dengan keluarga yang penuh perayaan dan hadiah. Suasana liburan yang menyenangkan untuk semuanya harus bisa dijaga dengan bersikap baik.

Beberapa tahun terakhir, para pelanggan disadarkan bahwa mereka tidak bisa selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Sulit menghadapi kesibukan musim liburan dengan keterbatasan pekerja yang bertahan setelah pandemi. Pelanggan harus menunggu lebih lama untuk dilayani, para pekerja pun sering mendapat perlakuan ketus untuk hal-hal yang tidak bisa mereka kendalikan.

Perusahaan yang membantu menghubungkan pekerja dalam pelayanan tatap muka mengalami hal serupa, ketika mereka sudah melakukan yang terbaik dalam pelayanan, justru beberapa pelanggan bersikap sebagai ‘Karen’, yaitu karakter yang dibuat untuk merepresentasikan pelanggan yang semena-mena pada pekerja. Mereka dengan mudah menyatakan ingin mengajukan keluhan pada atasan terkait kesalahan kecil.

Daniel Blaser, kreator konten di Workstream dalam wawancara mengatakan, ketika bertemu dengan pelanggan dan karyawan, ia mendapat cerita bahwa saat ini banyak orang yang kurang sabar sehingga memperlakukan pekerja seperti roda penggerak dalam mesin. Masyarakat seharusnya tidak perlu diingatkan untuk bersikap baik pada pekerja melalui iklan layanan masyarakat, namun kenyataannya masih banyak orang-orang yang butuh pengingat untuk hal tersebut.

Stres liburan serta tekanan ekonomi pada kondisi saat ini menghasilkan kombinasi yang buruk. Tahun lalu semua harga menjadi mahal, bahkan tahun ini akan lebih buruk. Klaim besar para ekonom terkait inflasi yang tinggi dan bersifat sementara, terbukti salah. Orang menghabiskan uang lebih banyak untuk kehidupan sehari-hari saat ini jika dibandingkan dengan tahun lalu, begitu pula dengan biaya liburan yang cenderung lebih mahal.

Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat menangani inflasi dengan cara yang memungkinkan negara tersebut berada dalam resesi. Hal ini akan memperparah keadaan yang terjadi sekarang. Permasalahan rantai pasokan yang melanda liburan tahun lalu sudah membaik melalui upaya Federal Reserve, namun pasar kerja masih sulit. Bisnis toko, bandara, dan maskapai penerbangan masih kesulitan untuk mempekerjakan banyak orang dalam memenuhi tingginya permintaan selama musim liburan. Data yang menunjukkan bahwa keadaan ekonomi tidak seburuk itu, ternyata tidak sejalan dengan perasaan orang-orang yang menghadapinya. Terkecuali inflasi yang memang dibenci semua orang.

Baca Juga  Ribuan Massa Demo Bela Palestina di Depan Kedubes AS

Survey Healthline tahun 2015 menemukan 62 persen orang merasa stres selama liburan dan hanya 10 persen yang merasa tidak. Musim liburan dianggap membuat masalah yang sebelumnya sulit diatasi menjadi lebih berat. Di awal tahun, saya melihat lebih dalam cara berpikir konsumen Amerika. Orang ingin semuanya murah dan cepat, namun kurang memikirkan para pekerja yang justru dipekerjakan untuk mewujudkan hal ini. Perusahaan yang bersaing untuk bisnis ini memberi kedatangan yang terjadi secara masif.

Mark Cohen, yang bertanggung jawab mengenai studi ritel di Columbia Business School mengatakan bahwa kita telah menjadi masyarakat yang merasa pantas mendapatkan segalanya. Keadaan ekonomi yang terjadi menciptakan orang yang pemarah. Kemarahan ini kemudian dilampiaskan pada para pekerja walaupun kendala yang terjadi berada di luar kendali mereka.

Melanie Morrison, professor psikologi di University of Saskatchewan mengatakan pada BBC, bahwa orang yang bekerja di bidang jasa sering menjadi sasaran pelanggan. Hal ini terjadi karena pelanggan tersebut tidak memiliki kekuasaan dan tergoda untuk menyerang pekerja di bawah mereka.

Ketika menemui orang-orang yang bekerja di industri jasa, bukan karena tidak mengetahui kesulitan untuk menangani. Tetapi cerita dari orang-orang ini selalu menunjukkan betapa beratnya berada di posisi tersebut.

Saya berbicara dengan Will Liao, pemilik Queens Natural Meats mengenai kelangkaan kalkun sebelum perayaan Thanksgiving 2021. Selama berbicara, ia berkali-kali meminta saya mengingatkan orang agar bersikap baik kepada pekerja. Para pekerja tersebut bekerja setiap hari untuk memastikan orang-orang bisa makan.

Wawancara awal tahun ini dengan Nichole, seorang pekerja toko serba ada Wincounsin menyarankan saya untuk mencari cara dalam memberi tahu orang-orang bahwa mereka kekurangan pekerja, sehingga tidak perlu diperlakukan buruk.

Saya mendengar orang yang bekerja dengan upah minimum sangat sulit bertahan ketika pelanggan memberi tip kecil dan atasan mereka meminta melakukan banyak hal dengan gaji yang kecil. Seorang pekerja toko kelontong juga mengatakan pada saya bahwa perusahaan menghasilkan sejumlah uang untuk pekerjaan yang dilakukan saat libur, datang lebih awal, lembur, hingga berurusan dengan pelanggan. Pekerja juga mengatakan pelanggan yang baik dapat menjadi hal besar ketika hari itu telah diperlakukan buruk oleh pelanggan lainnya.

Intinya, karena berbagai alasan, orang memposisikan dirinya sebagai konsumen daripada sebagai pekerja, padahal seringkali mereka menjalani keduanya. Meskipun kita tidak pernah merasakan menjadi pekerja, kita perlu rileks pada sesuatu hal yang mungkin kita tidak akan mengingatnya dalam sebulan.

 

Editor: Raja H. Napitupulu

Oleh: Emily Stewart

Sumber: https://www.vox.com/2022/12/1/23484366/holiday-christmas-stress-worker-shortage-inflation-economy

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life