Home » Survei Veracity Indonesia: Kemungkinan Pilpres Satu Putaran

Survei Veracity Indonesia: Kemungkinan Pilpres Satu Putaran

by Administrator Esensi
3 minutes read
Survei Veracity Pilpres

ESENSI.TV - JAKARTA

Veracity, lembaga riset terdepan di Indonesia, mengumumkan pelaksanaan acara rilis hasil survei terbaru yang berjudul “Mungkinkah Pilpres Indonesia Satu Putaran?” yang diselenggarakan pada Kamis (8/2/2024), pukul 16.00.

Acara ini menampilkan pembicara Muhammad Akram (Direktur Veracity) dan Rocky Gerung (Pengamat Politik) yang akan mendiskusikan dinamika terkini dalam kontestasi Pilpres Indonesia.

“Hasil survei menunjukkan bahwa pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka saat ini memimpin dengan elektabilitas sebesar 44% yang menandakan peluang signifikan untuk memenangkan pilpres dalam satu putaran masih berat,” ujar Akram.

Sementara itu, Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar mengikuti di posisi kedua dengan elektabilitas sebesar 27%. Sementara itu, Ganjar Pranowo – Mahfud MD menempati posisi ketiga dengan elektabilitas 20%.

Survei juga menunjukkan capres yang paling tidak ingin dipilih. Tingkat penolakan terhadap Anies Baswedan tertinggi di angka 18%, sementara penolakan terhadap Ganjar Pranowo sebesar 13%, dan terhadap Prabowo Subianto 6%. Sisanya mengatakan tidak tahu atau terbuka untuk capres manapun.

Sejumlah kecil responden (3%) mengungkapkan ketidaktahuan mereka terhadap pilihan kandidat yang akan dipilih, meningkat 2 poin persentase dari survei sebelumnya. Sebanyak 2% responden masih belum memutuskan.

Efek Jokowi Bagi Calon Pemilih

‘Jokowi’s effect’ juga tertangkap di survei pilpres ini, di mana 19% responden menyatakan pasti akan mengikuti arahan atau pilihan politik Presiden Joko Widodo. Dari 19% tersebut, 85% sudah condong memilih pasangan Prabowo-Gibran, sementara 11% masih mendukung Ganjar-Mahfud, dan 3% di pasangan Anies-Muhaimin.

“Angka 19% itu setara dengan 38 juta pemilih di Indonesia. Dari jumlah itu, masih ada sekitar 5,7 juta orang yang belum memilih Pak Prabowo. Mungkin mereka belum tahu, bahwa Pak Jokowi mendukung Prabowo-Gibran. Ini tentu potensi yang masih bisa dimaksimalkan,” kata Akram.

Menurut Akram, meski Jokowi berhasil menarik suara dari pasangan AMIN (2%) dan GaMa (11%) atau setara dengan 5,7 juta suara, tetap belum bisa mengangkat pasangan Prabowo-Gibran menang satu putaran.

Namun masih ada cara lain, ungkap Akram, yaitu masih ada 13% dari total pemilih yang akan mempertimbangkan perkataan Presiden Jokowi. Jika 13% ini dimaksimalkan sehingga dapat meraih 85% saja, maka ada potensi penambahan 22 juta suara. Artinya, Jokowi harus bisa meraup 22 juta suara itu melalui endorsementnya secara langsung. Sehingga total tambahan suaranya: 5,7 juta suara ditambah 22 juta suara, menjadi 27,7 juta suara.

“Dengan angka ini maka jumlahnya menjadi 50% lebih. Itu artinya peluang Prabowo 1 putaran terbuka luas,” papar Akram.

Hal senada diungkapkan oleh Pengamat Politik Rocky Gerung yang menilai peran Jokowi cukup membantu pasangan Prabowo-Gibran.

“Jokowi diuntungkan bahwa dia sudah menanamkan semacam pembuktian material melalui infrastruktur dan bantuan-bantuan sosial,” ujar Rocky.

Ia juga menambahkan, janji dapat memulihkan harapan-harapan yang hampir berakhir.

“Orang yang hampir berakhir harapannya, tentu bisa dipulihkan dengan menambahkan janji,” tambahnya.

Hasil FGD

Dari temuan Focus Group Discussion (FGD), terungkap bahwa ketegasan Prabowo menjadi faktor utama keunggulannya.

Baca Juga  Semakin Akrab, Prabowo: Bersama Golkar Saya Nyaman

Masyarakat berharap dengan ketegasan dan posisi independen dari keterikatan partai, Prabowo dapat bertindak lebih tegas terhadap mafia, koruptor, dan penimbun.

“Sedangkan Presiden Joko Widodo justru dianggap kurang tegas. Fenomena ini mungkin dipengaruhi oleh posisi Jokowi di PDIP yang dipersepsikan membatasi beliau untuk bertindak tegas,” jelas Akram.

Permasalahan Rakyat dan Pemilih

Lebih lanjut, survei ini juga mendalami berbagai permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Isu utama adalah korupsi (55%) atau penyalahgunaan wewenang dalam berbagai bentuk, mulai dari penyaluran bantuan sosial di tingkat RW yang salah sasaran, sampai fasilitas mewah untuk koruptor di penjara.

Isu kenaikan harga menempati peringkat kedua (46%), yang dipersepsikan terjadi karena maraknya mafia dan penimbun.

Peringkat ketiga ditempati isu kurangnya lapangan kerja (30%). Masyarakat menilai terjadi banyak diskriminasi berdasarkan umur dan penampilan dalam rekrutmen tenaga kerja.

Saat ditanya siapa calon presiden yang dianggap paling mampu menurunkan harga dan menciptakan lapangan kerja, ternyata sebagian besar responden memilih Prabowo (47%).

“Artinya, terbuka peluang besar bagi Pak Prabowo untuk mendapat tambahan suara dengan cara mengangkat isu-isu ekonomi secara lebih eksplisit, karena masalah perut inilah yang sehari-hari dirasakan oleh masyarakat,” terang Akram.

Pilihan Partai

Dalam hal pilihan partai, partai Gerindra memperoleh porsi suara terbanyak dengan 24%, diikuti oleh PDI-P yang mendapat 18%. Golkar mengamankan 11%, sementara PKS mencatat 10% dan Nasdem 8%. Baik PKB maupun Demokrat masing-masing menarik 8% dan 6% pemilih. Partai lain seperti PAN mendapat 4%, sedangkan PSI mendapat 2%. Dalam survei yang melibatkan 1.600 responden ini, 2% tidak tahu siapa yang akan dipilih dan 1% belum memutuskan, dengan 4% menyatakan tidak mendukung partai mana pun.

Namun, terdapat resistensi terhadap beberapa partai. PDI-P diposisikan sebagai partai dengan jumlah pemilih yang paling besar menyatakan pasti tidak akan memilih mereka, yaitu sebesar 14%. PSI dan PKS masing-masing dihindari oleh 5% dan 4% responden.

Sementara itu, 18% responden masih belum memutuskan, dan 11% menyatakan

‘Don’t Know’, menunjukkan ketidakpastian atau ketidakyakinan dalam pilihan mereka. Data ini memberikan perspektif tambahan terhadap dinamika elektoral, dengan mengungkap kecenderungan pemilih untuk menghindari partai-partai tertentu.

Metodologi

Survei terkait pilpres ini dilakukan dengan metode sampel bertingkat acak (Multistage random sampling), sebanyak 1.600 responden dengan margin of error +/-2,5%. Sampel mencakup kota-kota di area urban dan rural di 34 provinsi.

Veracity juga menerapkan  prosedur back-checking 100%  menggunakan fasilitas CATI (Computer Assisted Telephone     Interview) Fieldwork untuk survei ini dilaksanakan dengan cermat antara tanggal 7 hingga 20 Januari 2024.

Untuk memperkaya data, dengan serangkaian Focus Group Discussions (FGD) yang diadakan secara offline dari tanggal 18 hingga 29 Januari 2024. Sebanyak 8 FGD dijalankan, menjangkau responden acak dari kelas sosial menengah ke bawah (B hingga E) di area urban Bandung, Semarang, dan Surabaya, dengan rentang usia 20 hingga 55 tahun. Setiap FGD terdiri 8 peserta aktif per grup.

 

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life