Waisak berasal dari Bahasa Pali, yaitu wesakha atau vesakha. Hari lahir Siddharta Gautama merupakan salah satu peringatan peristiwa yang diabadikan saat Hari Raya Waisak.
Selain itu, momen Siddharta mendapatkan pencerahan ilmu dan hari mangkatnya Buddha juga peringatan peristiwa Waisak. Siddharta Gautama adalah guru dan penyebar agama Buddha pertama kali. Ia memiliki pemikiran bahwa kemewaan serta kekayaan tidak akan menjamin kebahagiaan seseorang.
Perjalanan kehidupan Gautama dikisahkan dengan mendapatkan pencerahan di bawah pohon Bodhi. Pohon itulah yang menjadi tempat bersejarah bagi umat beragama Buddha. Perjalanan kehidupan Buddha Gautama menjadi nilai dan sejarah penting bagi umat Buddha.
Kelahirannya menjadi petunjuk menuju pencerahan yang sempurna serta perjalanan kematian sang Buddha Gautama. Peringatan Hari Raya Waisak dicetuskan sebagai bentuk pemersatu umat Buddha di seluruh dunia.
Seorang penulis bernama Gus Nas turut memberikan ucapan selamatnya kepada umat Buddha dalam rangka Hari Raya Waisak.
Profil Penulis Gus Nas
Nasruddin Anshoriy atau biasa disebut Gus Nas Jogja adalah seorang budayawan yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Ilmu Giri Yogyakarta. Selain kiyai dia juga seorang penulis dan pelukis.
Gus Nas banyak dikenal oleh tokoh-tokoh nasional di negeri ini. Tidak hanya artis, politisi, pengusaha, maupun seniman mengenalinya. Dia banyak mengoleksi lukisan-lukisan langka dari para maestro.
Gus Nas telah menorehkan banyak sekali karya-karya yang menarik dalam bait-bait puisi. Beberapa diantaranya seperti Tong Kosong Reformasi, Semesta Bertakbir, Air Mata Sudan, dan beberapa karya lainnya.
Presiden Ke-4 Republik Indonesia, Gus Dur bahkan memujinya dan berkata bahwa ia adalah seorang multi talenta. Hal ini dikarenakan bakat alami yang dimilikinya.
Berikut adalah tulisan Gus Nas dalam rangka memperingati Hari Raya Waisak.
TEMPAYAN WAISAK
Kuhaturkan padamu bunga-bunga teratai
Taburan melati paling putih dan wangi
Tempayan Waisak dan sepucuk puisi menjadi saksi
Dalam pendakian semadi
Sesekali kutimba sumur suci di belahan hatiku sendiri
Nyala Bulan Purnama
Menerangi khusyuk sujudku
Kurenungkan kembali jejak karmawibhangga
Hingga kutemukan pecahan-pecahan cermin wajahku sendiri di Titik Nol Kamadhatu
Akankah aku tergoda pada gincu di bibir merah dunia fana?
Punden berundak menuju puncak stupa
Kujalani dengan tirakat dan makrifatku
Rupadhatu memanggil namaku
Karena kesetiaan tak punya kasta
Maka kupilih Jalan Brahmana
Kesalehan Alam Semesta
Kurengkuh dengan ringkih rinduku
Mungkinkah cintaku sampai?
Pada Arupadhatu kubulatkan doaku
Gus Nas Jogja, 4 Juni 2023
Merayakan Hari Waisak
Editor: Nabila Tias Novrianda