Home » Waktu Habis Saat Pidato, Prabowo ‘Joget Gemoy’ Usai Bentak Alarm

Waktu Habis Saat Pidato, Prabowo ‘Joget Gemoy’ Usai Bentak Alarm

by Junita Ariani
2 minutes read
Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto 'joget gemoy' saat berpidato di hadapan warga Muhammadiyah di Surabaya, Jumat (24/11/2023).

ESENSI.TV - SURABAYA

Calon presiden (Capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto kembali ‘joget gemoy’ saat berpidato. Kali ini Menteri Pertahanan (Menhan) itu berjoget gemoy di hadapan warga Muhammadiyah di Surabaya, Jumat (24/11/2023).

Diketahui, hari ini, Prabowo menghadiri acara dialog publik yang digelar Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Jawa Timur.

Aksi kocak yang dilakukan Prabowo yang menjadi pembicara utama dalam acara tersebut muncul saat durasi pidatonya 30 menit habis. Padahal, dirinya sedang menjelaskan program strategis makin siang dan susu gratis untuk semua anak sekolah dan ibu hamil di Indonesia.

Saat sedang serius menjelas program tersebut, alarm berbunyi sebagai tanda pengingat waktu berbicara sudah selesai. Prabowo pun langsung protes.

“Ya, saya tahu. Saya minta izin. Penting ini,” ujarnya yang disambut tepuk tangan dan gelak tawa riuh dari warga Muhammadiyah.

Prabowo juga mengatakan kalau dirinya tidak korupsi uang, cuma korupsi waktu sedikit.

“Saya nggak korupsi uang kok, saya korupsi waktu sedikit,” kata Prabowo menambahkan dan diikuti dengan aksi goyang gemoynya.

Prabowo langsung joget dengan menggerakkan kedua tangannya. Tawa dan tepuk tanganpun tidak berhenti melihat aksi lucu itu.

Prabowo mengatakan, dirinya tidak ngomong akan menghilangkan stunting tapi akan menghilangkan stuntig.

“Kita akan bantu orang miskin. Indonesia anak-anaknya akan kuat. Kuat otak, kuat otot dan tulang. Anak-anak Indonesia akan hebat, tinggi-tinggi. Kita akan menjadi juara,” jelasnya.

Tak Mau Dipanggil Eyang

Dalam acara tersebut, Prabowo dengan nada bercanda juga sempat mengaku keberatan apabila dipanggil eyang. Momen itu terjadi ketika Menteri Pertahanan itu menjelaskan soal penjajahan yang pernah dialami Indonesia dan bagaimana Belanda menganggap rakyat pribumi ketika itu lebih rendah dari anjing.

Baca Juga  Jangan Berani Bicara Ketahanan Nasional, Kalau Sektor Pertanian Masih Amburadul

“Ini perlu adik-adik para mahasiswa. Ini (para mahasiswa) lebih pantas jadi anak saya, tapi saya panggil adik-adik saja biar aku tambah muda,” ucap Prabowo.

Ia mengatakan tak mau dipanggil eyang atau kakek. Dengan nada bercanda dia memperingatkan mahasiswa yang memanggil dirinya eyang tidak akan diberikan hadiah buku karyanya.

“Nanti ada yang panggil saya eyang lagi, wah Itu dilarang keras itu. Nggak dapat hadiah dari saya. Saya sudah bawa buku saya untuk kalian,” kata Prabowo dan kembali disambut gelak tawa hadirin.

Dikatakannya, dunia kampus adalah dunia cendikiawan. Cendikiawan tidak hanya pemimpin pemikir civitas akademikia tapi juga adalah penjaga hati nurani suatu bangsa.

Setiap perubahan besar, setiap gagasan besar dan setiap transformasi besar munculnya dari para cendikiawan. Karena para cendikiawan golongan pemikir.

“Mereka otak-otak suatu bangsa, mereka punya IQ yang terbaik. Tapi tentunya harus punya hati nurani yang terbaik. Kalau orang punya IQ terbaik tapi dia berhikmad, berjasa untuk bangsa lain. Nasib bangsa itu tidak akan baik,” sebutnya. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life