Home » 99 Persen Populasi di Indonesia Sudah Punya Antibodi Monoklunal

99 Persen Populasi di Indonesia Sudah Punya Antibodi Monoklunal

by Agita Maheswari
2 minutes read
99 Persen Populasi di Indonesia Sudah Punya Antibodi Monoklunal

ESENSI.TV - JAKARTA

Sebanyak 99 persen populasi di Indonesia sudah memiliki antibodi monoklunal SARS-CoV-2 berdasarkan hasil serologi survei terbaru pada Januari 2023.

“Dari hasil serosurvei per Januari 2023 kami lihat proporsi penduduk dengan kadar imunitas dari penularan SARS-CoV-2 masih tinggi, sebesar 99 persen dari proporsi masyarakat,” kata Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes RI Syarifah Liza Munira.

Serosurvei yang melibatkan kalangan epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) merupakan kali ketiga diselenggarakan pemerintah sejak Desember 2021.

Ada kenaikan antibodi masyarakat Indonesia dari 98,5 persen menjadi 99 persen dari populasi.

Liza mengatakan serosurvei secara nasional itu dilakukan di 34 provinsi dan 99 kabupaten/kota dengan cara memeriksa sampel darah dan wawancara terhadap 16.286 (94 persen) responden yang sama dari dua kegiatan serupa sebelumnya.

Kadar antibodi tertinggi dimiliki mereka yang telah menerima suntikan vaksinasi booster atau dosis penguat. “Saat dilihat, mereka dalam setahun meningkatkan status vaksinasi kadarnya meningkat hampir tiga kali.

Tim serosurvei sekaligus Epidemiolog dari FKM UI Iwan Ariawan mengatakan tujuan serosurvei merupakan upaya pemerintah untuk mengetahui tingkat perlindungan vaksin COVID-19 yang diperoleh secara alami melalui infeksi maupun program vaksinasi yang digelar pemerintah.

Baca Juga  Terminal Giwangan Yogyakarta Siap Direvitalisasi, Ini Penjelasan Menhub

Pada serosurvei pertama Desember 2021, kata Iwan, 88 persen penduduk sudah punya antibodi terhadap COVID-19. Pada serosurvei kedua Juli 2022 jumlahnya meningkat menjadi 98 persen. “Pada Januari 2023 kembali meningkat 99 persen masih mendapatkan antibodi,” katanya.

antibodi monoklonal merupakan protein yang dibuat di laboratorium yang bekerja dengan cara meniru kemampuan sistem kekebalan tubuh manusia untuk melawan infeksi virus (imunoterapi) dan patogen berbahaya lainnya.

Obat yang digunakan dalam terapi ini, etesevimab dan bamlanivimab, pada dasarnya merupakan antibodi monoklonal yang secara khusus diciptakan sebagai protein spike untuk virus SARS-CoV-2. Dengan cara ini, virus tidak akan melekat pada tubuh manusia.

Selain itu, kedua obat tersebut bekerja dengan cara mengikat virus agar tidak menginfeksi sel dan bereplikasi di dalamnya.

Dalam uji klinis kepada pasien COVID-19 dengan gejala kategori ringan-sedang, etesevimab dan bamlanivimab secara signifikan mampu mengurangi resiko rawat inap dan kematian terkait infeksi virus SARS-CoV-2. Hanya saja uji coba lanjutan masih perlu dilakukan.

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life