Home » Hari Anak Nasional: Empat Usulan Pengasuhan Layak untuk Anak Indonesia

Hari Anak Nasional: Empat Usulan Pengasuhan Layak untuk Anak Indonesia

by Administrator Esensi
4 minutes read
Hari Anak Nasional 2023

ESENSI.TV - JAKARTA

Memperingati Hari Anak Nasional setiap 23 Juli berarti Indonesia diberikan kesempatan untuk kembali memperhatikan kondisi anak-anak generasi penerus bangsa. Tema Hari Anak Nasional 2023 yaitu “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”. Tema ini menyiratkan situasi yang belum terlindung bagi anak Indonesia. Karenanya, penting sekali untuk memikirkan ulang bagaimana memberikan perlindungan terhadap anak. Salah satunya melalui pengasuhan layak bagi anak.

Masih banyak permasalahan yang melibatkan anak-anak Indonesia sebagai korban, bahkan pelaku kejahatan. Perkembangan zaman dan gaya hidup tentu beriringan dengan perubahan pola perilaku anak-anak. Ada beberapa kondisi sosial mengkhawatirkan yang wajib menjadi perhatian bersama.

Anak Bermasalah dengan Hukum

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat 3 kategori anak yang Berhadapan dengan Hukum sepanjang tahun 2022.

Pertama, anak sebagai pelaku, yang jumlahnya mencapai 5.237 anak. Kedua, anak sebagai korban yang jumlahnya mencapai 4.980 anak. Ketiga, anak sebagai saksi yang jumlahnya mencapai 4.243 anak.

Khusus mengenai sanksi terhadap anak ditentukan berdasarkan perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang masih berumur kurang dari 12 (dua belas) tahun hanya dikenai tindakan. Sedangkan bagi anak yang telah mencapai umur 12 hingga 18 tahun dapat dijatuhi tindakan dan pidana.

Kekerasan Pada Anak Indonesia

Merujuk data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terdapat 4.683 aduan sepanjang tahun 2022.

Dari jumlah itu, sebanyak 2.113 aduan terkait perlindungan khusus anak. Ada 1.960 aduan terkait lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. Sebanyak 429 aduan terkait sektor pendidikan dan budaya, 120 aduan terkait sektor kesehatan dan kesejahteraan, serta 41 aduan terkait pelanggaran hak kebebasan anak.

Sebanyak 65,2 persen aduan berasal dari 10 provinsi. Jawa Barat menempati jumlah pelanggaran terbanyak (929 kasus). Lalu DKI Jakarta (769 kasus), Jawa Timur (345 kasus), Banten (312 kasus), Jawa Tengah (286 kasus), Sumatera Utara (197 kasus). Selanjutnya, Sumatera Selatan (62 kasus), Sulawesi Selatan (54 kasus), Lampung (53 kasus), dan Bali (49 kasus).

KPAI mencatat, kluster perlindungan khusus anak sangat dominan dan jenis kasus tertingginya adalah anak menjadi korban kejahatan seksual dengan 834 kasus. Hal ini mengindikasikan anak masih rentan menjadi korban tanpa melihat latar belakang, situasi, dan lokasi.

Tingginya Angka Anak Stunting

Secara global, berdasarkan data UNICEF dan WHO angka prevalensi stunting Indonesia menempati urutan tertinggi ke-27 dari 154 negara yang memiliki data stunting, menjadikan Indonesia berada di urutan ke-5 diantara negara-negara di Asia.

Anak yang mengalami stunting umumnya berawal dari kekurangan gizi yang berulang. Kemudian, kenaikan badan anak cenderung tidak ideal. Pada akhirnya, anak akan mengalami kekurangan berat badan.

Kekurangan berat badan akan berujung pada menurunnya imunitas pada tubuh anak. Ketika mengalami penurunan imunitas, ini akan berimbas pada hormon pertumbuhan anak.

Anak yang termasuk kondisi stunting akan terlihat lebih pendek daripada anak seumurannya.

Angka Perokok Anak

Belum lama, Kementerian Kesehatan menyoroti angka perokok anak dan remaja yang terus meningkat. Wakil Menteri Kesehatan, Dr. Dante Saksono Harbuwono menyampaikan, 3 dari 4 orang mulai merokok dari usia di bawah 20 tahun.

Perokok anak di Indonesia saat ini mencapai 10 persen. Dari besaran tersebut, artinya, 1 dari 10 anak di Indonesia merupakan perokok. Lebih lanjut, Dr. Dante juga menyebut, besaran perokok anak di bawah 18 tahun bisa menembus 16 persen pada tahun 2030. Oleh karena itu, perlu intervensi khusus dari berbagai pihak dalam mencegah berkembangnya perokok anak di Indonesia.

Baca Juga  Sebanyak 23 Juta Ton Plastik Berakhir di Danau, Sungai dan Laut

Tingginya angka perokok anak di Indonesia disebabkan sejumlah faktor utama. Umumnya, berkaitan dengan lingkungan pertemanan dan kurangnya edukasi mengenai dampak merokok.

Banyak yang masih menganggap rokok tidak menimbulkan dampak yang berarti pada kesehatan. Anak dan remaja cenderung merasa percaya diri ketika belum merasakan dampak dari rokok tersebut.

Empat Usulan Pengasuhan Layak

Memperingati Hari Anak Nasional 2023, Indonesia membutuhkan perubahan pola asuh yang berkelanjutan demi menjaga kualitas generasi penerus bangsa.

Doktor Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Upi Isabella Rea menyampaikan, ada beberapa hal terkait pengasuhan layak bagi anak. Ia menyebut, pengasuhan dapat dimulai dari beberapa lingkup lingkungan anak.

Pengasuhan layak tidak melulu berarti memberikan kelimpahan fasilitas dan kemudahan bagi anak. Malahan, kelimpahan itu seringkali dapat mengamputasi kemampuan tumbuh kembang yang seharusnya, bahkan merampas hak anak untuk berjuang dan berusaha.

1. Pengasuhan Berbasis Komunitas

Komunitas merupakan lingkaran kedua dimana anak mendapatkan pengasuhan. Yang termasuk lingkungan kedua antara lain lingkungan keluarga besar, sekolah, tempat ibadah dan tempat tinggal.

Komunitas di sekitar anak sudah semestinya menjadi lingkungan yang mampu memberikan perlindungan dan rasa aman bagi anak-anak. Cara yang paling sederhana adalah komunitas mengenal setiap anak-anak yang ada di sekitarnya. Bukankah indah bila melihat anak-anak dapat bermain di lingkungan RT sebelah dengan aman, karena komunitas bersinergi memberikan perhatian dan pengasuhan.

2. Pengasuhan Berbasis Kegiatan/Hobi

Kegiatan/hobi yang dikerjakan bersama oleh anak-anak dapat menjadi lingkungan penyedia pengasuhan yang layak untuk anak. Anak-anak yang tinggal di daerah pegunungan biasanya mengisi aktivitas nya lebih banyak di luar rumah. Misalnya, mereka secara berkelompok memandikan kerbau di sungai bersama-sama atau mencari tanaman herbal yang tumbuh liat di hutan. Sementara, anak-anak yang tinggal di pesisir, biasanya mengeksplorasi pantai dan menciptakan kegiatan seru seperti mengumpulkan batu kerang laut atau berenang bebas.

Pada saat seperti itu, anak-anak memperoleh kesempatan untuk pengasuhan yang membimbing mereka menikmati keceriaan usia anak-anak sambil belajar mempersiapkan diri menjadi dewasa. Anak-anak belajar secara bebas dan langsung mengembangkan sekaligus melindungi dirinya.

3. Pengasuhan Berbasis Budaya

Budaya setempat dan kearifan lokal merupakan sumber yang tidak habis-habis bagi pengasuhan yang layak terhadap anak.
Banyak hal dari budaya yang dapat diekspos sebagai pengasuhan yang dapat membentengi anak-anak baik secara fisik, mental dan spritual.

4. Pengasuhan Berbasis Interaksi Dunia Maya

Dunia maya seringkali menjadi kambing hitam atas tidak seimbangnya tumbuh kembang anak-anak. Pada faktanya, anak-anak justru saat ini banyak “diasuh” oleh dunia maya. Karena itu, orangtua terlihat melakukan hal yang paradoks. Saat menuduh dunia maya sebagai yang bertanggungjawab atas maraknya ancaman terhadap anak-anak, di saat yang sama pula orangtua membekali anak dengan gawai.

Oleh karena itu, perdebatan sengit tentang resiko gawai dan dunia maya menjadi hal yang tidak berguna. Kita perlu memikirkan bahwa anak-anak di generasi ini memang sudah hidup beririsan dengan dunia maya. Karenanya, pengasuhan berbasis dunia maya malahan perlu dirintis agar anak-anak dapat mengoptimalkannya sebagai alat bantu tumbuh kembangnya. Secara konkrit misalnya, anak-anak dapat membentuk kelompok belajar virtual atau kelompok hobi/kreatifitas, dengan pengawasan orang dewasa, yang beranggotakan banyak anak di seluruh dunia.

Mewujudkan pola asuh yang layak pada tumbuh kembang anak sebagai upaya pencegahan anak-anak Indonesia menjadi korban kekerasan serta diskriminasi.

Selamat Hari Anak Nasional!

 

Editor: Addinda Zen

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life