Home » Menteri ESDM: Pemerintah Siap Kembangkan Bioetanol Tebu Secara Masif

Menteri ESDM: Pemerintah Siap Kembangkan Bioetanol Tebu Secara Masif

by Junita Ariani
2 minutes read
Bioetanol

ESENSI.TV - JAKARTA

Pemerintah berencana mengembangkan bioetanol tebu sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) untuk menjadi bahan bakar kendaraan.

Saat ini pemerintah masih dalam skala pilot project untuk menghitung kualitas bahan bakar yang dihasilkan dan nilai keekonomiannya.

Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) Arifin Tasrif mengatakan, pengembangan bahan bakar nabati ini terbukti dapat meningkatkan perekonomian rakyat kecil.

“Ini sesuatu yang bagus dan sudah ada contohnya di beberapa negara tropis seperti di Brazil,” kata Arifin dalam keterangan tertulis, dikutip, Minggu (16/7/2023).

Menurutnya, pengembangan jenis bahan bakar baru harus melalui serangkaian tahapan dan pengujian. Sehingga  tergambar kelayakan untuk diproduksi secara massal.

“Kita saat ini baru pada tahap pilot, baru akan ada scale up. Nanti baru dianalisa keekonomiannya dan selama itu harus juga ada free marketing.,” jelasnya di Jkarta.

Menurut Menteri ESDM, uji coba dulu respon dari masyarakat baik atau tidak kemudian kualitasnya bagus atau tidak.

“Memang harus ada tahap-tahapan seperti itu. Dan jika sudah skala besar, kita akan bangun industrinya. Pasti kita harus menuju ke sana karena kita masih punya lahan yang luas,” lanjut Arifin.

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo pada tanggal 4 November 2022 telah meluncurkan program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi.

Peresmian ini dilaksanakan di sela kunjungan kerja di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Tim Studi Bioetanol ITB telah melakukan kajian pencampuran etanol 5% ke dalam Pertalite (RON 90) menjadi kualitas sama dengan Pertamax (RON 92).

Baca Juga  Jokowi Janji Tambah Subsidi Pupuk dan Permudah Pembelian Pupuk

Studi ITB tersebut konsisten dengan kajian pencampuran etanol 5% dengan pertalite RON 90 yang dilakukan oleh PT Pertamina.

Menurut Arifin, potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi. Sekaligus menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

Hemat Devisa dari Substitusi Impor Diesel

Hasil riset ITB tersebut juga menunjukkan Indonesia telah menghemat devisa sebesar US$2.6 miliar dari substitusi impor diesel. Yakni melalui program biodiesel kelapa sawit.

Di sisi lain, laporan ITB memproyeksikan Indonesia akan mengimpor hingga 35.6 juta kiloliter pada 2040. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari jumlah impor bahan bakar minyak tahun 2021.

“Bahwa penggunaan bioetanol sebagai bahan campuran BBM dapat menurunkan impor BBM jenis bensin. Menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol,” sebutnya.

Manfaat lain bioetanol juga adalah potensi pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 43% termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2.5.

Kemudian, meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23% pada tahun 2025.

Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128. Sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran BBM.

Disebutkannya, Kementerian ESDM bersama tim riset ITB didukung US Grains Council (USGC) telah berhasil menyusun Peta Jalan Strategis. Untuk percepatan implementasi bioetanol di Indonesia.*

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life