Home » Mengenal Tradisi Bau Nyale, Ritual Menghormati Putri Mandalika di Pulau Lombok

Mengenal Tradisi Bau Nyale, Ritual Menghormati Putri Mandalika di Pulau Lombok

by Darmailawati
2 minutes read
Festival Tradisi BAu Nyale.

ESENSI.TV - MEDAN

Festival tradisi bau nyale merupakan kegiatan yang  dilaksanakan setiap tahun. Dikutip melalui laman https://lomboktengahkab.go.id/, tradisi bau nyale akan dilaksanakan pada Jumat-Sabtu tanggal 10-11 Februari 2023 mendatang di Kabupaten Lombok Tengah tepatnya di Pantai Seger.

Pulau Lombok adalah pulau dengan destinasi pantai yang indah yang memiliki suatu adat budaya yang unik dikenal dengan tradisi bau nyale.

Tradisi bau nyale ini konon digelar untuk menghormati legenda seorang putri yang terkenal di Pulau Lombok bernama Putri Mandalika.

Sejarah Tradisi Bau Nyale

Dikutip dari laman resmi Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat Putri Mandalika adalah putri dari seorang raja ternama yang terkenal dengan paras cantik rupawan dan kebaikan hatinya.

Oleh karena itu, Putri Mandalika menjadi idaman banyak pangeran sehingga menjadi rebutan dan membuat persaingan yang mengancam keutuhan dan kerukunan masyarakat Lombok.

Demi mempertahankan kerukunan itu, Putri Mandalika pun melakukan sebuah ritual semadi untuk menentukan apa yang harus dilakukan kepada para pangeran yang ingin meminangnya.

Dari semadi itu, Putri Mandalika akhirnya mendapatkan sebuah petunjuk (wangsit) untuk mengundang dan mengumpulkan seluruh pelamar yang ingin meminangnya di Bukit Seger, Mandalika.

Baca Juga  Sambut Imlek! Kisah Menarik di Balik Sejarah Kue Keranjang, Ada Dua Versi Loh

Namun, pada saat semua berkumpul alih-alih memilih seorang pangeran, Putri Mandalika justru memutuskan untuk tidak memilih siapa pun di antara mereka.

Karena rasa cintanya yang besar kepada masyarakat dan ingin semua hidup dalam kerukunan dan kedamaian, Putri Mandalika pun kemudian terjun ke Laut.

Seluruh orang yang hadir sontak terkejut dan langsung ikut menceburkan diri ke laut berlomba-lomba untuk menyelamatkan Putri Mandalika, namun sayangnya tak ada satu pun yang berhasil menemukannya.

Setelah kepergian Putri Mandalika itu, muncullah kumpulan cacing berwarna-warni dengan jumlah yang sangat banyak di pantai tempat Putri Mandalika menceburkan diri dan menghilang, dan hewan inilah yang kemudian disebut nyale.

Semenjak saat itu, masyarakat pun memercayai bahwa nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Dan sebagai bentuk penghormatan, diadakanlah ritual adat setiap tanggal 20 pada bulan 10 (menurut perhitungan Kalender Sasak), bertepatan dengan ketika Putri Mandalika menghilang.

Menurut bahasa Sasak, bau artinya menangkap, sedangkan nyale adalah sejenis cacing laut yang hidup di lubang dan batu karang di bawah permukaan laut. Jadi, tradisi ini secara harfiah berarti menangkap cacing laut.*

Editor: Darma Lubis

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life