Home » PBB Desak Hamas Bebaskan Semua Sandera dan Isreal Buka Akses Kemanusiaan ke Jalur Gaza

PBB Desak Hamas Bebaskan Semua Sandera dan Isreal Buka Akses Kemanusiaan ke Jalur Gaza

by Erna Sari Ulina Girsang
3 minutes read
Lokasi permukiman di Gaza hancur akibat serangan udara. Foto: UNICEF/Mohammad Ajjour

ESENSI.TV - JAKARTA

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres meminta Hamas untuk segera membebaskan semua sandera dan kepada Israel untuk memberikan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke Jalur Gaza.

Seruan Sekjen PBB tersebut muncul ketika air bersih dan pasokan penting lainnya semakin berkurang di Gaza akibat blokade Israel.

PBB dan badan-badan kemanusiaan lainnya telah bekerja sepanjang waktu untuk menyediakan bantuan sejak konflik terbaru antara Israel dan Hamas pecah setelah serangan kelompok militan tersebut pada tanggal 7 Oktober di beberapa lokasi di Israel dan deklarasi perang Israel setelahnya.

Ribuan orang dilaporkan tewas di kedua belah pihak dan ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi ketika situasi di Jalur Gaza memburuk dengan cepat setelah Israel memperingatkan akan adanya serangan dalam waktu dekat.

“Dalam momen dramatis ini, ketika kita berada di ambang jurang kehancuran di Timur Tengah, adalah tugas saya sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyampaikan dua seruan kemanusiaan yang kuat,” kata António Guterres dalam keterangan tertulisnya, Minggu (15/10/2023).

Seruannya kepada Hamas adalah segera membebaskan para sandera tanpa syarat. Dan Israel harus memberikan akses cepat dan tanpa hambatan terhadap bantuan kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza.

“Staf kami yang tidak mementingkan diri sendiri di lapangan, bersama dengan mitra LSM, harus mampu membawa pasokan ini ke dan di seluruh Gaza dengan aman,” kata Guterres.

Tujuan-tujuan ini tidak boleh menjadi alat tawar-menawar dan harus dilaksanakan, seru Sekretaris Jenderal PBB, seraya menambahkan bahwa ini adalah “hal yang benar untuk dilakukan”.

Permohonan serupa datang sebelumnya pada hari Minggu dari Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini.

Stok Bantuan di Gaza Habis

Berbicara kepada wartawan di Yerusalem Timur, kepala badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, memperingatkan bahwa rekan-rekannya di Gaza tidak lagi mampu memberikan bantuan kemanusiaan.

“Operasi UNRWA adalah jejak PBB terbesar di Jalur Gaza, dan kami berada di ambang kehancuran,” katanya.

“Tidak ada satu tetes air pun, tidak satu butir gandum pun, tidak satu liter bahan bakar pun yang telah hilang diizinkan masuk ke Jalur Gaza selama delapan hari terakhir,” ujarnya.

Dan sebentar lagi, tambahnya, tidak akan ada makanan atau obat-obatan. Ribuan orang telah terbunuh, termasuk anak-anak dan perempuan. Gaza sekarang bahkan kehabisan kantong jenazah, keluh ketua UNRWA.

Baca Juga  Prabowo Komitmen Perkuat Sistem Pertahanan Negara

“Faktanya, Gaza sedang dicekik dan sepertinya dunia saat ini sudah kehilangan rasa kemanusiaannya,” tegasnya.

Setidaknya satu juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam satu minggu saja, dan “sungai manusia terus mengalir ke selatan”.

Pengungsi 400.000 Orang

Setidaknya 400.000 pengungsi kini berada di sekolah-sekolah dan gedung-gedung UNRWA, yang sebagian besar tidak dilengkapi sebagai tempat penampungan darurat. Sebagian besar dari 13.000 staf UNRWA di Jalur Gaza kini mengungsi.
Anak-anak dari keluarga yang berlindung di sekolah UNRWA di Gaza makan roti yang didistribusikan oleh Program Pangan Dunia (WFP).

“Kami sebagai UNRWA sudah kehilangan 14 staf. Mereka adalah guru, insinyur, penjaga dan psikolog, insinyur dan dokter kandungan,” kata Pak Lazzarini.

Untuk mempertahankan operasi setelah ultimatum Israel, tim UNRWA di Gaza pindah ke Rafah, dan sekarang bekerja di gedung yang sama yang menampung ribuan pengungsi yang putus asa dan juga menjatah makanan dan air mereka.

Kondisi sanitasi sangat memprihatinkan, lanjut Pak Lazzarini. “Orang tua, anak-anak, wanita hamil, penyandang disabilitas dirampas martabat dasar kemanusiaannya, dan ini benar-benar memalukan!”

“Pengepungan di Gaza, cara penerapannya, tidak lebih dari hukuman kolektif,” tegasnya, sambil menuntut agar pasokan penting seperti bahan bakar, air, makanan dan obat-obatan segera dilintasi dengan aman.
Ketegangan di sepanjang Garis Biru

Konflik kini mengancam akan meluas ke wilayah yang lebih luas.

UNIFIL, Pasukan Sementara PBB di Lebanon, menyatakan bahwa baku tembak yang intens di beberapa daerah di sepanjang Garis Biru antara wilayah Lebanon dan Israel terjadi pada hari Minggu. Terdapat dampak di kedua sisi perbatasan tidak resmi yang memisahkan kedua negara.

“Markas kami di Naqoura dihantam roket dan kami berupaya memverifikasi dari mana,” bunyi pernyataan UNIFIL. Pasukan penjaga perdamaian dalam operasi tersebut tidak berada di tempat perlindungan pada saat itu, namun tidak ada yang terluka.

Secara aktif terlibat dengan pihak berwenang di kedua sisi Jalur Biru untuk meredakan situasi, UNIFIL mendesak semua pihak yang terlibat untuk melakukan gencatan senjata dan mengizinkan pasukan penjaga perdamaian untuk membantu menemukan solusi.

“Tidak seorang pun ingin melihat lebih banyak orang terluka atau terbunuh,” pernyataan tersebut menggarisbawahi, mengungkapkan penyesalan atas eskalasi militer yang terus berlanjut.*

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

#beritaviral
#beritaterkini

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life