Home » Potensi Besar Devisa, Lampung Jadi Proyek Percontohan Industri Pupuk Cair Rumput Laut

Potensi Besar Devisa, Lampung Jadi Proyek Percontohan Industri Pupuk Cair Rumput Laut

by Administrator Esensi
2 minutes read
Rumput

ESENSI.TV - JAKARTA

Sebagai negara kepulauan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan penghasil rumput laut terbesar di dunia. Tingginya hasil produksi berpotensi besar untuk hilirisasi rumput laut menjadi berbagai macam produk yang bernilai tambah. Salah satunya adalah pupuk cair organik.

Pengamat dan Pelaku Usaha Rumput Laut, Yugi Prayanto mengatakan pasar ekspor untuk pupuk cair organik semakin terbuka lebar dan berpotensi menjadi pundi-pundi devisa untuk Indonesia.

“Produksi kita cukup tinggi. Sekarang tinggal bagaimana kita terus mengembangkan hilirisasi menjadi produk yang bernilai tambah,” kata Yugi yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan 2010-2021, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (04/04/2024).

Yugi yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Pembinaan UMKM dan Ekonomi Kerakyaatan Kadin Indonesia ini mengatakan, sebagai pilot project olahan pupuk cair, saat ini telah dilakukan kerjasama diantara nelayan dengan pengusaha. Tujuannya untuk memenuhi permintaan ekspor ke Jepang. Pilot Project ini dilakukan di Lampung Selatan.

“Kami melibatkan sekitar 40 orang petani rumput laut. Hasil panen diolah dengan menggunakan mesin dengan nilai investasi Rp10 miliar untuk 100 ton produksi,” kata Yugi.

Potensi Jutaan Ton Rumput Laut

Menurut dia, berdasarkan asumsi pengalaman dari team Jepang, dengan potensi lahan 50 ribu ha bisa menghasilkan sekitar 18 juta ton rumput laut per tahun. Rencananya untuk proyek ini akan ditambahkan 20 ribu ha lahan potensial yang saat ini masih dalam proses pencarian lokasi dan uji kelayakan wilayah.

“Jadi, bisa diproyeksikan jika daerah penghasil rumput laut di seluruh Indonesia ini dimanfaatkan untuk pupuk organik, maka potensi ekonominya sangat tinggi. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan ekspor, tapi juga bisa memenuhi kebutuhan pupuk cair organik dalam negeri, misalnya untuk padi, beras, sawit, dan lainnya,” terang Yugi yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang II Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Pusat.

Baca Juga  Rasio Kewirausahaan Prasyarat Indonesia jadi Negara Maju

Pilot Project Rp20 M

Ia menyebut, investasi awal untuk pilot project bisnis ini totalnya dapat mencapai Rp20 miliar. Proyek ini sejalan dengan program pemerintah untuk hilirisasi rumput laut yang inklusif. Didalamnya melibatkan para pelaku di ekosistem bisnis rumput laut.

“Kami lakukan hilirisasi tanpa mengurangi peran dan kontribusi pelaku trading, pedagang tradisional, maupun pembudi daya rumput laut,” pungkas Yugi.

Masih Belum Optimal

Data Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marinves) mencatat, Indonesia memiliki keunggulan alami sebagai produsen rumput laut. Karena Indonesia berada di daerah katulistiwa dimana matahari bersinar sepanjang tahun, sehingga budidaya rumput laut dapat dilakukan sepanjang tahun.

Selain itu, laut Indonesia juga relatif tenang dan tidak ada topan atau tornado yang dapat merusak budidaya rumput laut.

Lebih dari 70% luas Indonesia adalah laut dengan 12 juta ha dialokasikan untuk budidaya. Namun dengan segala keunggulan yang dimiliki, produksi rumput laut Indonesia masih belum optimal.

Hingga awal 2024, budidaya rumput laut baru mencapai 102 ribu ha atau 0,8%-nya saja. Lebih dari 60% ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah atau rumput laut kering, dengan hilirisasi yang terbatas.

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life