Polisi Kenya menemukan puluhan mayat di lahan pemakaman yang dinilai tidak wajar. Semua korban merupakan pengikut aliran Good News Church.
Seperti dilansir dari channel youtube televisi Kenya, Inspektur Jenderal Polisi Kenya Japhet Koome mengatakan hingga Senin tanggal 24 April lalu, telah ditemukan 58 jenazah.
Upaya penggalian kuburan yang dangkal melibatkan detektif pembunuhan dan ahli patologi Kenya.
Dari hasil penyelidikan, jelasnya, diketahui bahwa korban tersebut adalah pengikut sekte pendeta Paul Nthenge Mackenzie, aliran Good News Church.
Dugaan sementara, berdasarkan informasi dari penyidik dan masyarakat setempat, Japhet Koome mengatakan pendeta tersebut mengarahkan jemaatnya untuk mati kelaparan.
Setelah berpuasa dan mati, dia menjanjikan jemaatnya akan bertemu dengan Tuhan Yesus.
Presiden Kenya: Ini Mirip Aksi Terorisme
Dalam pernyataan persnya di TV nasional Kenya, Presiden Kenya William Kipchirchir Samoei Arap Ruto mengatakan aksi ini mirip dengan aksi terorisme.
Teroris, jelasnya, menggunakan alasan agama untuk menjalankan aksi keji mereka.
Upaya untuk menghubungi Tuan Mackenzie atau pengacara yang mewakilinya tidak langsung berhasil.
Mackenzie Masih Ditahan
Sementara itu, pemimpin aliran Good News Chuch, yaitu Mackenzie masih ditahan oleh pihak kepolisian sejak ditangkap tanggal 14 April lalu.
Penahanan dilakukan selama proses penyelidikan masih berlangsung untuk memudahkan proses hukum.
Selain penggalian makam korban, pihak Kepolisian juga menyelamatkan lebih dari 15 orang pengikutnya.
Namun, hanya empat yang dapat diselamatkan meski masih dalam kondisi kritis. Sedangkan, sebagian lagi meninggal dunia.
Korban tewas diperkirakan terus meningkat, sedangkan setidaknya 112 orang dinyatakan masih hilang.
Pihak Kepolisian Kenya masih melakukan pencarian korban di lahan hutan seluas 800 hektare.
Lahan ini diperkirakan menjadi tempat pemimpin sekte tersebut melakukan aksinya.*
Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu