Home » Sejumlah Publik Figur Turut Keluhkan Polusi DKI Jakarta

Sejumlah Publik Figur Turut Keluhkan Polusi DKI Jakarta

by Addinda Zen
2 minutes read
Polusi Udara Jakarta Parah

ESENSI.TV - JAKARTA

Udara di DKI Jakarta belakangan menjadi isu hangat di tengah masyarakat. Pasalnya, kualitas udara yang kian memburuk. Bahkan, disebut-sebut masuk sebagai kota dengan udara paling kotor di dunia. Kendaraan pribadi masih menjadi penyebab utama buruknya udara di Jakarta dan sejumlah kota lain di Indonesia. Hari ini (10/8), kualitas udara di Jakarta menduduki urutan pertama sebagai udara terkotor di dunia menurut Air Quality Index (AQI).

Berdasarkan temuan Viral Strategies bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam “Sumber Utama Polusi Udara di DKI Jakarta” tingkat polusi harian DKI Jakarta secara signifikan lebih tinggi di musim kemarau. Selain itu, asap knalpot kendaraan menyumbang 42%-57% polusi di musim kemarau.

Partikulat dengan diameter 2,5 mikron atau kurang (PM2.5) menyebabkan risiko terbesar bagi kesehatan, termasuk memperburuk penyakit. AQI menunjukkan bahwa PM2.5 masih menjadi polutan utama Jakarta dengan konsentrasi sebanyak 58 mikrogram per normal meter kubik. Ini berarti 11.6 kali lebih banyak daripada nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).

Beberapa publik figur turut menyampaikan keluhan terkait polusi DKI Jakarta, berikut di antaranya:

1. Renatta Moeloek

Melalui akun twitter (@MoeloekRenatta), ia menyebut bahwa kualitas udara DKI Jakarta terus memburuk, tetapi belum ada pihak yang membahas. Ia juga membandingkan kejadian serupa di negara lain yang menjadikan kejadian ini sebagai perhatian besar.

Polusi jakarta yg bertahun2 punya AQI rata2 diatas 170 dan berstatus “berbahaya utk kesehatan” tapi tetap tidak ada yg bahas/gerak. di bbrp negara, capai AQI 150 itu sudah jadi headline berita dgn warning heboh jgn keluar rumah, tutup jendela, pakai masker & pasang purifier,” ujar Renatta. 

2. Addie MS

Musisi ternama, Addie MS juga menyampaikan keluhan terkait polusi udara DKI Jakarta yang semakin parah. Melalui akun twitter (@Addiems), ia bahkan menyematkan akun resmi Presiden Joko Widodo dan menyematkan gambar pantauan polusi di sejumlah daerah.

“Pak @jokowi. Tolong, Pak… Polusi udara Jakarta parah sekali. Sudah bertahun2 seperti ini. Bahaya sekali. Ini kondisi pk 3.30 pagi tadi yg terlihat di apps AirVisual & Nafas,” ujarnya. 

Baca Juga  4 Februari 2023, Ganjil Genap Jakarta Tak Berlaku

3. Andriani Toegiono/Dorippu

Publik figur Andriani Toegiono (@dorippu) juga menunjukkan nilai kualitas udara di Jakarta. Dalam cuitan twitternya, terlihat nilai kualitas udara yang berwarna ungu atau disebut ‘Sangat Tidak Sehat’. Unggahannya telah dilihat lebih dari 22 ribu pengguna twitter

Udara ‘segar’ pagi ini. Ada yang ungu jg serem banget huhu,” tulis @dorippu.

Langkah Pemprov DKI Jakarta

Kepala Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan menyampaikan, pihaknya telah melakukan beberapa langkah dalam mencegah dan mengendalikan pencemaran udara. Salah satunya, mengeluarkan regulasi tentang pengendalian pencemaran udara, mengatur pengendalian pencemaran dari sumber bergerak, tidak bergerak dan di dalam ruangan.

Ingub nomor 66/2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara menyebut 7 aksi pengendalian. Pertama, peremajaan dan uji emisi kendaraan umum, pemberlakuan sistem ganjil genap. Kemudian, penerapan tarif parkir progresif dan Congestion Pricing, pembatasan usia kendaraan dan uji emisi kendaraan pribadi, peralihan moda, peningkatan kenyamanan dan fasilitas pejalan kaki.

Disebutkan juga pengendalian sektor industri, penghijauan pada sarana dan prasarana publik hingga soal energi terbarukan.

Pihaknya disebut tengah melakukan kerja sama dengan pihak akedemisi dan pihak lainnya dalam menyusun regulasi.

“Kami juga melakukan kerjasama dengan pihak akademisi, praktisi dan NGO peduli lingkungan dalam menyusun kajian regulasi,” ujar Yogi.

Yogi juga menjelaskan, pencemaran udara di Jakarta, khususnya untuk polutan SO2, sumber terbesar berasal dari sektor industri. Sementara itu, NOx, CO, PM10 dan PM2,5 didominasi berasal dari sektor transportasi.

Sebanyak 5 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) telah dipasang Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Ada 5 wilayah yang memasang SPKU, salah satunya Bundaran HI, Jakarta Pusat.

Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat menggunakan masker dan menghindari aktivitas di luar rumah atau kantor terlalu lama.

 

Editor: Dimas Adi Putra

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life