Home » Warga Desa Flores Timur Pilih Tidak Merantau, Apa Alasannya?

Warga Desa Flores Timur Pilih Tidak Merantau, Apa Alasannya?

by Administrator Esensi
3 minutes read
Cegah Perdagangan Orang Bisa Dimulai Dari Memberdayakan Potensi Perempuan Di Tingkat Desa.

ESENSI.TV - JAKARTA

Desa Wulublolong di Pulau Solor , Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu contoh desa yang berhasil memberdayakan kelompok perempuan untuk menjadi perempuan yang mandiri secara ekonomi.

Mama-mama (istilah untuk ibu-ibu di Flores Timur) tidak lagi hanya menggantungkan diri dari hasil berkebun yang tidak stabil. Melainkan dari anyaman daun lontar dengan kualitas tinggi yang harganya pun bisa lebih tinggi daripada anyaman biasa.

Pemberdayaan yang dimulai dari desa inilah yang terus dikampanyekan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga di setiap kunjungan kerjanya karena menjadi berdaya dari desa ini salah satu kunci untuk mencegah kejahatan perdagangan orang.

“Nusa Tenggara Timur ini adalah salah satu provinsi yang banyak memasok tenaga kerja migran non-prosedural. Kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka para pekerja migran ini karena kondisi ekonomi keluarga.  Dari mama mama di Desa Wulublolong ini kita melihat praktik baik upaya pemberdayaan kelompok perempuan di desa agar bisa mandiri secara ekonomi,”ujarnya.

Support Sesama Perempuan Jadikan Ekonomi yang Kuat

“Mereka ini mama-mama yang tangguh luar biasa, Keteguhan mereka untuk memilih berkarya di negeri sendiri patut kita berikan apresiasi yang tinggi. Di tengah modus rayuan dari calo tenaga kerja untuk bekerja di luar provinsi atau di luar negeri dengan gaji besar. Mereka tidak mudah terbujuk. Kami berharap, mama-mama yang menjadi koordinator penganyam bisa mengajak mama-mama yang lain untuk bergabung. Kalau perempuan sudah saling support satu sama lain, ini akan menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa karena perempuan mendominasi setengah dari total penduduk di Indonesia,” ujar Menteri PPPA saat melakukan diskusi dengan kelompok perempuan penganyam di Desa Wulublolong, Rabu, 24 Mei 2023.

Menteri PPPA memberikan apresiasi kepada Du Anyam, pelaku UMKM pada pemberdayaan perempuan dengan cara meningkatkan kesejahteraan melalui hasil kerajinan tangan di Indonesia. Du Anyam mulai melakukan intervensi di Flores Timur pada tahun 2015.

Du Anyam, Komponen Ekonomi Kuat di Flores Timur

“Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Du Anyam yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi membantu meningkatkan kesejahteraan para perempuan di Flores Timur. Mereka tekun melatih kelompok perempuan untuk menghasilkan anyaman yang berkualitas. Ini membantu mencarikan pangsa pasar agar produk anyaman tersebut bisa dijual dengan harga yang pantas,” jelas Bintang.

Baca Juga  Menteri PPPA Dukung Penyidikan Dugaan Tindak Pidana Seksual Bupati Maluku Tenggara

“Lahirnya Du Anyam berangkat dari tingginya masalah sosial ekonomi di Flores Timur untuk membantu perempuan agar mandiri secara finansial dan mendapat kehidupan yang sejahtera,” ungkap Menteri PPPA.

Hanna Keraf, salah satu pendiri Du Anyam menyatakan pihaknya ingin melihat perempuan di Nusa tenggara Timur menjadi perempuan mandiri dan berdaya.

“Kegiatan menganyam ini adalah salah satu cara untuk mengakomodir keahlian mereka dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekeliling mereka. Menganyam sudah bukan lagi mengisi waktu luang tetapi juga pekerjaan utama yang bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Ada yang menganyam sambil menunggu pasien di puskesmas atau menjemput anak sekolah. Ketekunan mama mama penganyam di sini patut kita hargai,” ujar Hanna.

Warga Desa Wulublolong: Di Desa Kami Bisa Berkarya

Mama Hadjar, salah satu warga desa Wulublolong memilih untuk memaksimalkan potensinya di desa.

“Saya mengikuti pelatihan Du Anyam tahun 2015. Perempuan harus bisa berdaya,mandiri dan mengembangkan potensi diri cukup dari desa. Saya memilih tetap di desa, tidak mau merantau karena di desa kami bisa berkarya dan mendapatkan penghasilan,” ujar Hadjar.

Menteri PPPA dalam kesempatan ini juga melakukan dialog dengan pemimpin daerah, para tokoh agama, tokoh masyarakat. Juga tokoh adat, perempuan penyintas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan perwakilan perempuan penganyam. Menteri PPPA mendorong pemerintah desa untuk menguatkan gugus tugas pencegahan dan penanganan TPPO.

“Kami mendorong pemerintah daerah agar di desa ada peraturan desa untuk pencegahan dan penanganan TPPO. Pencegahan harus dimulai dari masyarakat, bekali dengan ketrampilan untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Seluruh masyarakat desa harus berdaya secara ekonomi. Kalau kelompok perempuan bisa mandiri, bisa membantu memecahkan masalah stunting di sini. Mencegah adanya tindak kekerasan di dalam rumah tangga dan TPPO. Makanya kami membuat model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) sebagai salah satu cara untuk memberikan perhatian pada perempuan dan anak,” tegas Menteri PPPA.

Menteri PPPA berharap edukasi kepada masyarakat untuk mencegah terjadinya TPPO bisa diperkuat.

“Perlu kita edukasi mama mama dan masyarakat bahwa kita semua harus punya ketrampilan sehingga bisa berkarya di negeri sendiri.  Literasi dan sosialisasi pencegahan dan penanganan TPPO perlu diperluas agar jangan ada lagi korban TPPO di NTT,” tutup Menteri PPPA.

Editor: Nabila Tias Novrianda

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life