Home » Wow! UGM Kembangkan Briket Arang dari Kotoran Kambing

Wow! UGM Kembangkan Briket Arang dari Kotoran Kambing

by Junita Ariani
2 minutes read
UGM tengah mengembangkan briket arang dengan menggunakan bahan baku kotoran kambing.

ESENSI.TV - YOGYAKARTA

Tim Pengabdian kepada Masyarakat UGM (Universitas Gadjah Mada) mengembangkan briket arang dengan menggunakan bahan baku kotoran kambing.

Pengembangan ini dilakukan dengan melihat potensi dari kotoran kambing sebagai limbah organik yang belum dioptimalkan.

Demikian disampaikan Penanggung jawab tim program pengabdian Teknologi Tepat Guna UGM, Mokhammad Fajar Pradipta, M.Eng dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (9/9/2023).

Di samping itu, kata dia, pengembangan briket arang dari kotoran kambing ini untuk mendukung upaya menjaga keberlanjutan lingkungan. Serta mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

Fajar mengatakan, pengolahan kotoran kambing menjadi briket arang memiliki berbagai manfaat. Di antaranya mengurangi masalah pencemaran lingkungan yang timbul dari penanganan limbah kotoran kambing.

“Selain itu, pembuatan briket arang dari kotoran kambing ini juga dapat mengurangi penebangan pohon untuk digunakan sebagai kayu bakar,” jelasnya.

Pengembangan briket arang berbasis kotoran kambing merupakan wujud implementasi Tridharma Perguruan Tinggi. Melalui Laboratorium (Lab) Kimia Fisik FMIPA, UGM mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat Pemandatan Laboratorium. Dengan judul Briket Arang Berbasis Kotoran Kambing di CV. Berkat Ilahi Farm, Yogyakarta.

“Saya kira pengembangan briket arang berbasis kotoran kambing merupakan salah satu inovasi menarik. Untuk menuju kondisi ramah lingkungan dalam menghasilkan arang,” terangnya.

Pupuk Organik dari Kotoran Kambing

Pihaknya saat ini juga tengah mengembangkan kotoran kambing untuk diolah sebagai pupuk organik. Hal ini dilakukan melalui proses fermentasi yang membutuhkan waktu sekitar 5 hari.

Baca Juga  Kuwat Triyana, Penemu GeNose Pendeteksi Covid-19 Dikukuhkan Sebagai Guru Besar UGM

Pengembangan pupuk organik dari limbah kotoran kambing tersebut berpotensi dalam meningkatkan kualitas tanah dan hasil pertanian. Berbeda dengan penggunaan pupuk kimia dalam pertanian konvensional yang dapat menguras kesuburan tanah.

“Seiring berjalannya waktu itulah yang terjadi di pertanian konvensional, dan ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa pupuk organik semakin diminati,” ujarnya.

Fajar mengatakan, dengan menggunakan teknologi yang dikembangkan Tim Pengabdian TTG UGM, proses fermentasi kotoran kambing menjadi 5 hari. Dibandingkan dengan menggunakan starter EM4 yang membutuhkan waktu hingga 2 bulan.

Pupuk organik dari kotoran kambing ini ternyata mampu meningkatkan struktur tanah, mempertahankan kelembaban. Serta menyediakan nutrisi penting tanpa menimbulkan dampak negatif jangka panjang.

Dalam konteks ini, katanya, pupuk yang berbasis kotoran kambing pada akhirnya memiliki kandungan besar. Seperti unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, serta mikroba yang bermanfaat menjadi pilihan yang menjanjikan.

Fajar menjelaskan, pengembangan pupuk organik berbasis kotoran kambing melalui proses fermentasi memberikan solusi berkelanjutan bagi pertanian modern.

Selain mengatasi masalah penggunaan pupuk kimia yang berdampak negatif pada lingkungan dan kualitas tanah, pupuk organik ini juga meningkatkan produktivitas pertanian secara alami.

“Dengan penerapan yang tepat, pupuk organik berbasis fermentasi dapat menjadi langkah penting menuju pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan,” ucapnya. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life