Selama Mei 2023, peningkatan suhu terbesar dari seluruh wilayah Indonesia terjadi di Kepulauan Riau, tepatnya dari pemantauan di Stasiun Meteorologi Tarempa – Anambas.
Suhu di Kepulauan Riau selama Mei ditemukan naik 1,4°C dibandingkan suku pada April di tahun yang sama.
Di sisi lain, penurunan suhu terbesar terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB), seperti dipantau dari di Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Majid, yaitu turun 0,8°C.
Data Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) seperti dilansir dalam situs resminya, Selasa (6/6/2023), menyebutkan suhu udara rata-rata bulan Mei 2023 terhadap April 2023 di 154 stasiun pengamatan BMKG di Indonesia meningkat.
Berdasarkan analisis dari 117 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata bulan Mei 2023 adalah sebesar 27,4 °C.
Normal suhu udara klimatologis untuk bulan Mei periode 1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 27,0 °C (dalam kisaran normal 20,8 °C – 28,63 °C).
Berdasarkan nilai-nilai tersebut, anomali suhu udara rata-rata pada bulan Mei 2023 menunjukkan anomali positif dengan nilai sebesar 0,4 °C.
Anomali Tertinggi ke-7 Sejak 1981
Anomali suhu udara Indonesia pada bulan Mei 2023 ini merupakan nilai anomali tertinggi ke-7 sepanjang periode data pengamatan sejak 1981.
Secara umum di wilayah Indonesia, anomali suhu udara rata-rata per-stasiun pada bulan Mei 2023 menunjukkan nilai anomali positif atau lebih tinggi dari rata-rata klimatologisnya.
Anomali maksimum tercatat di Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi – Manado (1,43°C).
Sedangkan anomali minimum tercatat di Stasiun Meteorologi Karel Sadsuitubun – Maluku Tenggara (-1,01°C).
Seperti diketahui, anomali suhu udara tahunan adalah perbandingan suhu udara pada tahun tertentu, relatif terhadap rata-rata periode normal.
BMKG mendata selama rentang waktu tahun 1991-2020).
Berdasarkan data dari 91 stasiun pengamatan BMKG, normal suhu udara periode 1991-2020 di Indonesia 26,8°C.
Kemudian, suhu udara rata-rata tahun 2022 adalah sebesar 27°C.
Tahun 2016 Paling Panas Sejak 1981
Untuk wilayah Indonesia secara keseluruhan, tahun 2016 merupakan tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0,6°C sepanjang periode pengamatan 1981 hingga 2022.
Angka ini sejalan dengan informasi suhu rata-rata global yang dirilis World Meteorological Organization (WMO).
Di laporan terakhirnya pada awal Desember 2020 juga menempatkan tahun 2016 sebagai tahun terpanas (peringkat pertama).
Tahun 2022 sendiri menempati urutan ke-13 tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0,2°C.
Sementara itu, tahun 2020 dan 2019 berada di peringkat kedua dan ketiga dengan nilai anomali 0,5°C dan 0,4C.*
Email: agitamaheswari@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang
#beritaviral
#beritaterkini