Home » Ini 4 Pemicu Lahirnya Hari Kebangkitan Nasional 1908

Ini 4 Pemicu Lahirnya Hari Kebangkitan Nasional 1908

by Erna Sari Ulina Girsang
3 minutes read

ESENSI.TV - JAKARTA

Indonesia memperingati Harkitnas atau Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei, sejak tahun 1948.

Namun, sebenarnya propaganda kebangkitan nasional sudah mulai pecah sejak tahun 1908, sejak lahirnya organisasi Boedi Utomo, tepatnya tanggal 20 Mei.

Boedi Utomo adalah organisasi pergerakan pertama Indonesia yang didirian oleh dr Soetomo dengan para mahasiswa School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, Batavia (STOVIA).

Pendiri Boedi Utomo lainnya adalah dr Wahidin Sudirohusodo, Muhammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Goenawan Mangunkusumo, Raden Angka Prodjosoedirdjo, Mochammad Sale, Raden Mas Goembrek, dan M Soewarno.

Boedi Oetomo berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Budhia tau Kesadaran. Oetomo dari kata Uttama, yang berarti Sangat baik. Jadi Boedi Oetomo artinya kesadaran yang sangat baik.

Misi pembentukan Boedi Oetomo adalah mencapai kemerdekaan Indonesia, tetapi berkembang ke bidang yang lebih luas.

Seperti bidang sosial, seperti pencarian dana untuk beasiswa, ekonomi, budaya dan tidak bersifat politik.

Segmen Pergerakan Meluas ke Luar Jawa

Segmen pergerakan yang awalnya hanya untuk golongan pendidikan di Pulau Jawa akhirnya meluas dan direspons positif oleh para pemuda di seluruh Indonesia.

Tokoh pergerakan pemuda yang terlibat di dalamnya semakin banyak, seperti Ki Hadjar Dewantara, Tjipto Mangoenkoesoemo, Tirto Adhi Soerjo, Pangeran Ario Notodirodjo dan Raden Adipati Tirtokoesoemo.

Di usia satu tahun setelah dibentuk, anggotanya sudah mencapai 10.000 orang. Organisasi menjadi tempat para pemuda berlatih manajemen organisasi dan kepemimpinan untuk mempersiapkan kemerdekaan.

Organisasi ini berdampak lebih luas bagi masyarakat karena berkembang menjadi propaganda melawan penjajahan, menghimpun kekuatan dan mencegah perpecahan bangsa.

Hari Kebangkitan Nasional dianggap sebagai titik awal bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran suatu bangsa di hati rakyat, terutama anak-anak muda, yang saat itu sedang menderita akibat penjajahan.

Seperti dilansir dari berbagai sumber, setidaknya ada empat faktor yang mendorong tumbuhnya Hari Kebangkitan Nasional.

1. Penderitaan Berkepanjangan Akibat Penjajahan

Indonesia dijajah oleh Belanja selama 350 tahun dan dilanjutkan oleh Jepang. Hal ini menyebabkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.

Betapa tidak, hidup di Tanah Air sendiri, tetapi tidak bisa hidup bebas secara ekonomi maupun berpendapat, bahkan banyak rakyat yang mengalami penyiksaan selama bertahun-tahun.

Baca Juga  KEJAMNYA KEJEMUAN

Sebelum masuknya penjajah Indonesia adalah negara yang tenang dan damai. Bahkan, kerajaan-kerajaan yang hidup di Nusantara, seperti Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit pernah berjaya dan diakui dunia.

2. Munculnya Kaum Intelektual

Meski akses kepada pendidikan sangat terbatas, beberapa kaum priyayi, bangsawan ataupun rakyat ada yang bisa merasakan pendidikan dan mendapatkan informasi.

Pendidikan dan wawasan membuat mereka menyadari bahwa penjajahan adalah ketidakadilan dan harus dihapuskan. Rakyat harus merdeka di Tanah Air-nya sendiri.

3. Kehadiran Paham Baru

Pada saat itu, mulai muncul paham-paham baru di Eropa dan Amerika, seperti nasionalisme, liberalisme dan sosialisme.

Meski tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, rakyat yang sedang dalam penjajahan memiliki keinginan untuk merdeka dan merasakan hidup bebas di negaranya sendiri.

Keinginan ini dijabarkan oleh kaum intelektual pada masa itu sebagai sebuah rasa nasionalisme.

Yaitu, paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah bangsa dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama.

Rakyat di sebuah bangsa perlu memiliki tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan bangsanya, tidak didikde atau diintimidasi oleh bangsa penjajah.

4. Mencuatnya Gerakan Kebangkitan Nasional di Negara Lain

Pada era pendirian Boedi Utomo juga pecah Gerakan Kebangkitan Nasional di sejumlah negara yang digagas oleh pemuda.

Contohnya, di India, mumcul Gandhisme. Sebuah gagasan yang mendeskripsikan inspirasi, visi dan karya hidup Mohandas Gandhi.

Gandhisme menjadi sebuah propaganda untuk lepas dari penjajahan Inggris di India. Namun, gagasan ini dilakukan dengan damai atau mencapai kebenaran tanpa kekerasan.

Kemudian, pada tahun 1908 juga muncul Gerakan Turki Muda (Jön Türkler) atau gerakan reformasi politik pada awal abad ke-20.

Turki Muda ingin menggantikan sistem monarki absolut di Kesultanan Utsmaniyah dengan sistem monarki konstitusional.

Para pemimpin Turki Muda kemudian melancarkan pemberontakan melawan kekuasaan absolut Sultan Abdul Hamid II dalam Revolusi Turki Muda pada tahun 1908.

Setelah melancarkan revolusi ini, gerakan Turki Muda membantu merintis Zaman Konstitusional Kedua pada tahun 1908 yang memberlakukan sistem demokrasi multipartai untuk pertama kalinya dalam sejarah Utsmaniyah.*

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaviral
#beritaterkini

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life