Home » Krisis Air Akibat Peralihan Pengelolaan Perusahaan. Masa sih?

Krisis Air Akibat Peralihan Pengelolaan Perusahaan. Masa sih?

by Administrator Esensi
2 minutes read
krisis air bersih di koja

ESENSI.TV - JAKARTA

Politisi Muda Partai Golkar yang juga Fungsionaris Golkar DKI Jakarta, Gita Nasution menyayangkan krisis air yang terjadi di Jakarta Utara. Apalagi hal itu akibat adanya peralihan pengelolaan perusahaan dari perusahaan swasta ke Badan Usaha Milik Daerah/BUMD, melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

“Hal itu membuat ketersediaan dan pengelolaan manajemen PDAM sendiri mengalami kendala. Akibatnya banyak warga yang merasa dirugikan,” ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (27/06/2023).

Ia menjelaskan, air merupakan sumber kehidupan dan juga menjadi hajat hidup orang banyak sebagaimana diatur dalam Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945. Bahwa bumi, air dan kekayaan alam digunakan untuk kesejahteraan rakyat.

“Namun ini sangat jauh berbeda dengan kenyataan yang dialami oleh warga Kelurahan Rawa Badak Utara,” kata dia.

Menurut dia, dengan alasan apapun krisis air ini merupakan masalah krusial. Apalagi sampai didatangkan beberapa mobil tangki air untuk memenuhi kebutuhan air warga yang hanya menjadi solusi sesaat saja.

Pemerintah Harus Langsung Turun Tangan

Gita mendorong agar pemerintah turun tangan menangani kondisi tersebut agar krisis air segera teratasi. Khususnya memperhatikan masalah yang menyangkut birokrasi dan manajemen dari BUMD.

“Ini gak bisa dibiarkan, warga sudah banyak mengeluh dan mau sampai kapan. Pemerintah daerah seharusnya bisa menjadi media penghubung dalam memecahkan masalah krisis air ini,” tutup Gita.

Baca Juga  Sulitnya Indonesia Juarai Badminton Asia Mixed Team Championships

Krisis Air di Jakarta Utara

Sebelumnya, terjadi krisis air yang melanda warga Jakarta Utara Kecamatan Koja Kelurahan Rawa Badak Utara tepatnya di RW 03 semakin panjang.

Terhitung lebih dari 1 tahun, warga setempat merasa dirugikan dan resah dengan ketersediaan air.

Fakta yang terjadi adalah, air di wilayah Rawa Badak Utara sangat sulit didapat. Warga harus menunggu semalaman hingga begadang untuk mendapatkan air.

“Air disedot tidak tentu keluarnya jam berapa. Bahkan dalam waktu tertentu bisa tidak keluar sama sekali. Jika air tidak keluar maka warga mau tidak mau berbondong-bondong membeli air bersih,” terang Gita.

Pengeluaran Naik Setiap Bulannya

Dengan seringnya membeli air bersih dipastikan menambah pengeluaran, padahal tiap bulan masyarakat juga membayar penggunaan air.

Kejadian ini tidak hanya ada di satu titik, tapi ada di beberapa titik.

Seringkali terjadi perbedaan saat proses penyedotan air. Sebagai contoh, ketika satu warga mendapatkan air dengan debit air yang kencang sementara.

Namun disisi lain, tetangganya tidak mendapatkan air sama sekali. Padahal penyedotan dilakukan pada saat yang bersamaan, sehingga tidak terjadi pemerataan dalam mendapatkan air.

Editor: Firda Nursyafira/Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life