Home » Kurang Koordinasi, Jembatan LRT Jabodebek Alami Kesalahan Desain

Kurang Koordinasi, Jembatan LRT Jabodebek Alami Kesalahan Desain

by Addinda Zen
2 minutes read
LRT Jabodebek Salah Desain

ESENSI.TV - JAKARTA

Proyek LRT Jabodebek telah dirampungkan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama dengan stakeholder terkait. LRT Jabodebek merupakan karya lokal dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 60%. LRT Jabodebek dioperasikan menggunakan teknologi generasi ke-3 atau GoA Level 3 (tanpa masinis). Terbaru, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo (Tiko) menyampaikan beberapa masalah yang dihadapi selama proses pembangunan LRT Jabodebek, salah satunya desain jembatan.

Kartika Wirjoatmodjo menyebut, ada kesalahan desain pada jembatan longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan. Adhi Karya, selaku pihak yang bertanggung jawab dalam hal pra sarana disebut tidak menguji sudut kemiringan kereta. Seharusnya, jembatan dibuat lebih lebar agar kereta dapat melaju dengan kecepatan optimal. Namun, akibat kesalahan ini, rangkaian kereta perlu berbelok dengan kecepatan yang cukup pelan.

Tidak hanya menyangkut kecepatan kereta, kesalahan desain LRT Jabodebek juga menimbulkan masalah lain. Sebanyak 31 rangkaian kereta yang dibuat oleh Inka memiliki spesifikasi yang berbeda. Spesifikasi ini terdiri dari dimensi, berat, kecepatan, hingga pengereman masing-masing kereta. Perlu toleransi software untuk mengatasi perbedaan tersebut. Ini juga berdampak pada peningkatan cost.

“Akibatnya, sistem software harus diperlebar toleransinya sehingga cost-nya pun naik,” ujarnya.

Kesalahan Koordinasi Proyek LRT

Sebelumnya, Tiko juga menemukan kesalahan terkait integrator sistem atau penghubung. Umumnya, integrator sitsem akan membantu pengerjaan proyek berjalan optimal. Tiko kemudian membentuk Project Management Office (PMO) untuk LRT Jabodebek. PMO berfungsi sebagai penghubung antar komponen yang terlibat dalam proyek.

Kesalahan desain pada longspan Gatot Subroto ke Kuningan merupakan dampak dari kurangnya koordinasi antar komponen akibat tidak adanya integrator sistem.

Baca Juga  Penyelesaian RUU ASN, Ada 7 Kluster Pembahasan

Untuk diketahui, komponen yang terlibat dalam proyek ini adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. bagian pra sarana. Kemudian PT Industri Kereta Api atau Inka bertanggung jawab dalam pembangunan rangkaian kereta. Lalu, PT Len Industri (Persero) memegang masalah persinyalan. Siemens bertanggung jawab dalam pengembang perangkat lunak. PT. Indosat untuk konektivitas. Sementara KAF untuk permesinan kereta.

Menteri BUMN, Erick Thohir sempat menyarankan untuk mengubah konsep LRT agar tetap menggunakan masinis. Meski begitu, pihak-pihak yang terlibat meyakinkan untuk menyelesaikan proyek ini sebagaimana rencana di awal.

Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan melakukan peresmian LRT Jabodebek pada 18 Agustus mendatang. Target operasi komersial atau commercial operation date (COD) akan dilakukan pada 28 Agustus 2023.

Uji Coba LRT Jabodebek Sempat Dihentikan

LRT Jabodebek telah mulai melakukan uji coba operasional terbatas tahap pertama dengan penumpang pada 12 Juli lalu. Tahap ini diperuntukkan untuk undangan terbatas dari kementerian/lembaga, jurnalis/media, dan komunitas.

Uji coba operasional terbatas LRT Jabodebek kemudian sempat dihentikan sementara pada 17-20 Juli 2023. Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut penghentian sementara uji coba LRT ini untuk dilakukan penyempurnaan sistem software. 

Pada 29 Juli, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi kembali mengecek langsung proses pengujian LRT Jabodebek. Usai mengikuti uji coba LRT Jabodebek mulai dari Stasiun Dukuh Atas, Jakarta ke Stasiun Harjamukti, Depok. Lalu ke Stasiun Jatimulya, Bekasi Timur, Menhub menyebut laju kereta sudah lebih halus dan lebih nyaman.

 

Editor: Dimas Adi Putra

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life