Home » Perjalanan Panjang Gitar Legendaris, Review Buku Brianna dan Bottomwise

Perjalanan Panjang Gitar Legendaris, Review Buku Brianna dan Bottomwise

by Maria Julie simbolon
2 minutes read
Brianna dan Bottomwise

ESENSI.TV - MEDAN

Setelah vakum menulis selama tiga tahun akhirnya Brianna dan Bottomwise, karya teranyar sekaligus novel keempat belas Andrea Hirata, rilis di bulan Juli tahun 2022. Penulis novel fenomenal Laskar Pelangi ini masih setia menerbitkan karya di Penerbit Bentang Pustaka.

Pak Cik nama panggilan penulis kelahiran Gantung, Belitung Timur tahun 1967 ini. Nama panjangnya adalah Andrea Hirata Seman Said Harun. Tulisan Andrea mulai dikenal luas sejak tahun 2005 saat Laskar Pelangi, karya fenomenalnya rilis dan difilmkan.

Selain diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, hampir semua karyanya juga dikenal luas, antara lain Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Buku Besar Peminum Kopi, Cinta di Dalam Gelas, Padang Bulan, Orang-Orang Biasa, Guru Aini, Sirkus Pohon, Sebelas Patriot, Ayah, dan terbaru Brianna dan Bottomwise. Karya-karya Andrea banyak terinspirasi dari kisah masa kecilnya, dia biasa menyebutnya dengan memoar yang dikemas dengan sastra dengan tambahan latar belakang sosiokultural.

Ada banyak penghargaan yang diterima pria lulusan Sheffield Hallam ini. Mulai dari penghargaan General Fiction terbaik di New York Book Festival 2013, buku fiksi terbaik Laskar Pelangi edisi Jerman di Buchawards 2013 juga Honorary Doctor of Letters (Hon DLitt) dari Universitas Warwick 2015. Di dalam negeri, Pak Cik pun meraih berbagai penghargaan, salah satunya nominasi Creative & Innovative Person of the Year 2018 di Indonesian Choice Awards

Uniknya novel setebal 380 halaman ini diterbitkan terlebih dahulu dalam bahasa asing, kemudian terbit dalam bahasa Indonesia. Kali ini Pak Cik, panggilan akrab Anrea Hirata, membuat tulisan bergenre petualangan. Bukan lagi berpusat di kisah petualangan anak-anak kampung di Belitung melainkan kombinasi dengan sesuatu yang baru.

Brianna dan Bottomwise berkisah tentang pencuri, detektif, pemusik dan mafia yang berkelana memburu harta berharga. Rencananya Brianna dan Bottomwise akan diterbitkan dalam bentuk dua satuan (dwilogi).

Dikisahkan John Musiciante, musisi kenamaan dunia, kehilangan gitar kesayangannya. Dia kalut luar biasa. Semua media bahkan detektif kelas dunia dikerahkan untuk mencari gitar bermerk Vintage Sunburst 1960. Berbagai informasi diterima tetapi tak ada satu pun yang membawa gitar Sunburst yang fenomenal itu kembali ke Musiciante.

Baca Juga  Memang Murah dan Bergizi, Tapi Terlalu Sering Makan Tempe Juga Bisa Datangkan 4 Penyakit Ini

“Gitar ini membunyikan kepedihan, kerinduan dan harapanku,” kata Musiciante.

Brianna dan Bottomwise, dua detektif yang menerima kasus Musiciante pun dibuat kelimpungan. Gitar Sunburst hilang tak berjejak. Hampir seluruh dunia sudah dikelilinginya demi menemukan jejak perginya benda keramat ini. Ibarat menegakkan benang basah, pekerjaan yang nyaris sia-sia. Tak ada yang bisa menemukan gitar ini. Hilang tak berjejak bagai ditelan bumi.

Awalnya Brianna dan Bottomwise optimis akan menemukan gitar ini. Namun sisi heroik dan sikap optimis itu seakan menguap setelah pencarian super duper panjang tak juga membuahkan hasil.

Di pertengahan buku, Andrea mengenalkan tokoh baru. Seorang gadis pelajar dari sudut kampung. Namanya Alma. Kemiskinan dan kebejatan ayahnya tak membuat Alma mengubur impiannya menjadi seorang musisi. Telinga Alma dianugerahi kemampuan untuk mendengar musik-musik berkelas. Tak banyak yang paham kemampuan Alma. Apalagi dia hanya gadis kecil yang tinggal di pinggiran kota.

Apakah Alma bisa meraih mimpinya? Apa hubungannya dengan Musiciante dan Sunburst-nya yang legendaris?

Saat membaca novel setebal 380 halaman ini, pembaca seperti sedang menaiki roller coaster. Terkadang pembaca dibawa menuju belahan dunia lain dengan segala kemajuannya, terkadang menuju pedalaman tempat penyamun bobrok tinggal dan terkadang dibuai oleh indahnya musik dari kampung nun jauh di ujung bumi.

Hal baiknya Andrea tidak kehilangan ciri khasnya menghadirikan kalimat-kalimat jenaka dan tokoh-tokoh yang aneh bin ajaib dengan segala aibnya yang membuat candu pembaca aahhahahahha. Ada Ameru, Terong Brothers, sekumpulan bujang lapuk yang membentuk band dan lain sebagainya. Baca dan tertawa. Sepertinya paduan yang tepat untuk novel dwilogi ini.

Mulai dari kisah tentang pencuri, detektif, pemusik dan mafia yang berkelana memburu harta berharga akan membuatmu bertahan sampai halaman terakhir. Dengan merogoh kocek seharga seratus ribuan, kamu sudah bisa mendapatkan buku ini.*

 

Editor: Dimas Adi Putra

 

 

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life