Home » Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional yang Diperingati Setiap 21 Februari

Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional yang Diperingati Setiap 21 Februari

by Junita Ariani
2 minutes read
hari bahasa ibu

ESENSI.TV - JAKARTA

Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak sejak ia lahir. Di mana pun anak itu lahir, ia akan memeroleh bahasa ibunya.

Jadi, bahasa pertama yang dikuasai seorang anak itu adalah bahasa ibu (bahasa daerahnya) bukan bahasa nasional atau internasional.

Akan tetapi tidak menuntut kemungkinan bahasa pertama yang ia tahu dan gunakan adalah bahasa negaranya dan bahasa internasional.

Organisasi internasional yaitu United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), menetapkan tanggal 21 Februari sebagai hari yang penting.

Sayang, banyak orang yang tidak mengetahui bahwa ada peristiwa penting yang diperingati setiap tahun pada tanggal tersebut.

Hari Bahasa Ibu atau disebut sebagai International Mother Language Day, adalah peringatan tahunan seluruh dunia yang diadakan pada tanggal 21 Februari.

Peringatan bahasa ibu untuk meningkatkan kesadaran akan keanekaragaman bahasa dan budaya serta untuk mempromosikan multibahasa.

Mau tahu sejarah munculnya Hari Bahasa Ibu Internasional? Berikut penjelasan yang dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (21/2/2023).

Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional

Hari Bahasa Ibu Internasional pertama kali diumumkan oleh UNESCO pada 17 November 1999 dan secara resmi diakui Majelis Umum PBB.

Peristiwa penting itu diperingati setiap tahun sejak tahun 2000. Dan, UNESCO mengajak seluruh negara di dunia ikut merayakannya sebagai peringatan bahwa keberagaman bahasa adalah aspek yang penting.

Gagasan awal merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional adalah inisiatif dari Bangladesh. Ketika Pakistan dibentuk pada tahun 1947.

Ia merupakan dua bagian geografis yang dipisahkan oleh India, yaitu Pakistan Timur (dikenal sebagai Bangladesh) dan Pakistan Barat (dikenal sebagai Pakistan).

Kedua bagian tersebut sangat berbeda satu dengan yang lainnya dalam pengertian budaya, bahasa, dan sebagainya.

Pada tahun 1948, Pemerintah Pakistan mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai satu-satunya bahasa nasional Pakistan. Meskipun bahasa Bengali atau Bangla digunakan oleh mayoritas orang yang menggabungkan Pakistan Timur  dan Pakistan Barat.

Rakyat Pakistan Timur pada saat itu memprotes karena mayoritas penduduk di Pakistan Timur menggunakan bahasa Bangla sebagai bahasa ibu mereka.

Baca Juga  Ini Fakta-Fakta Soal Prabowo Subianto yang Perlu Kamu Ketahui

Rakyat Pakistan Timur menuntut agar bahasa Bangla dijadikan setidaknya salah satu bahasa nasional selain Urdu.

Permintaan tersebut pertama kali diajukan oleh Dhirendra Nath Datta dari Pakistan Timur pada tanggal 23 Februari 1948 di Majelis Konstituante Pakistan.

Mengorbankan Nyawa Demi Bahasa Ibu

Untuk membubarkan protes tersebut, pemerintah Pakistan melarang pertemuan publik dan unjuk rasa. Namun, mahasiswa Universitas Dhaka mengatur rapat dengan dukungan masyarakat umum.

Pada 21 Februari 1952, polisi melepaskan tembakan terhadap para demonstran tersebut. Akibatnya, beberapa mahasiswa tewas dan ratusan masyarakat lainnya terluka.

Ini merupakan kejadian langka dalam sejarah. Di mana orang-orang mengorbankan nyawa mereka demi bahasa ibu mereka.

Sejak itulah, masyarakat Bangladesh merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional sebagai salah satu hari tragis mereka.

Mereka mengunjungi Shaheed Minar, yaitu sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang para martir dan replikanya untuk mengungkapkan kesedihan, rasa hormat, dan terima kasih kepada mereka.

Hari Bahasa Ibu Internasional akhirnya dijadikan hari libur nasional di Bangladesh.

Hari itu diumumkan oleh Konferensi Umum Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada November 1999.

Dalam resolusi A / RES / 61/266, Majelis Umum PBB meminta negara-negara anggotanya untuk mempromosikan pelestarian dan perlindungan semua bahasa yang digunakan oleh orang-orang di dunia” pada 16 Mei 2009.

Dalam resolusi tersebut, Majelis Umum menyatakan 2008 sebagai Tahun Bahasa Internasional, untuk mempromosikan persatuan dalam keanekaragaman dan pemahaman internasional melalui multibahasa dan multikulturalisme.

Resolusi bahasa internasional tersebut disarankan oleh Rafiqul Islam, seorang Bangli yang tinggal di Vancouver, Kanada.

Rafiqul menulis surat kepada Kofi Annan pada tanggal 9 Januari 1998. Ia memintanya untuk mengambil langkah  menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day).

Akhirnya, mereka menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional untuk memperingati dan mengenang korban-korban penembakan tahun 1952 di Dhaka selama Gerakan Bahasa. *

#beritaviral#beritaterkini

Editor: Junita Ariani

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life