Home » Serial Boneka Si Unyil Bangun Jati Diri dan Karakter Anak Indonesia

Serial Boneka Si Unyil Bangun Jati Diri dan Karakter Anak Indonesia

by Erna Sari Ulina Girsang
4 minutes read

ESENSI.TV - PERSPEKTIF

Malaysia saat ini bisa berbangga karena memiliki serial Upin & Ipin yang sangat digemari anak-anak, termasuk di Indonesia. Namun, jauh sebelumya atau sekitar 40 tahun lalu, Indonesia sudah punya Serial Boneka Si Unyil yang tidak kalah fenomenalnya.

Abdul Hamid, pengisi suara tokoh Pak Ogah dalam Serial Boneka Si Unyil meninggal dunia Rabu (28/12/20222), setelah menjalani perawatan akibat penyakit komplikasi pada usia 74 tahun. Berita duka dari Pak Ogah memunculkan kenangan kembali masyarakat kepada Serial Boneka Si Unyil yang tayang di TVRI di era 1980-an.

Kepiawaian dan penjiwaan Abdul Hamid memerankan Pak Ogah menyebabkan karakter ini sangat dikenal sejak awal pemutaran serial Si Unyil di TVRI hingga kini. Contohnya, kebiasaan Pak Ogah yang malas dan sering menyebutkan “Ogah ah”, menjadi bahasa baru di masyarakat dan bertahan sampai sekarang untuk menolak sesuatu.

Pak Ogah adalah tokoh antagonis di Serial Boneka Si Unyil. Tokoh ini sengaja dibuat untuk memberikan contoh kepada anak-anak bahwa ada sifat dan karakter yang tidak boleh ditiru karena bisa menjadi beban dan keresahan di masyarakat.

“Cepek dulu dong”. Ini juga kalimat favorit Pak ketika berjaga di Pos Kambling dan banyak digunakan dikehidupan sosial masyarakat. “Hom-pim-pah alaiyum gambreng!” Kalau kalimat ini, yelyel Unyil dan teman-temannya sebelum memulai permainan.

Produksi PPFN

Si Unyil adalah serial boneka produksi BUMN bidang perfilman, yaitu Perusahaan Umum Produksi Film Negara (PPFN). Di era tahun 1980-an, PFN relatif aktif memproduksi film edukasi dan menjadi perusahaan perintis produksi film di Tanah Air. Film Serial Boneka si Unyil yang tayang tahun 1981 hingga 1993 di TVRI.

Serial Unyil ditulis oleh Kurnain Suhardiman, seorang pengarang cerita anak-anak. Sedangkan, personifikasi tokoh-tokoh dalam cerita diwujudkan dalam bentuk boneka oleh Suyadi, seniman dan pelukis pengisi suara tokoh Pak Raden di serial ini. Dia tokoh antagonis feodal, keturunan ningrat. Canggung di alam pembangunan pedesaan yang sudah berpikiran maju kala itu.

Kedua seniman ini mendapatkan tugas dari Gufran Dwipayana, Direktur Perum Produksi Film Negara (PPFN) yang menjabat pada periode 1932 – 1990. Selama bertugas di PPFN, G Dwipayana juga memproduksi film-film pendidikan untuk membentuk karakter anak dan bangsa, seperti Serangan Fajar, Aku Cinta Indonesia (ACI) dan Si Huma.

Dalam Buku 40 Tahun Pusat Produksi Film Negara 1945-1985, terbitan Departemen Penerangan, disebutkan bahwa ada dua misi dari PPFN yang ditugaskan Pemerintah pada Era Orde Baru.

Pertama, memproduksi film hiburan yang sehat dan dapat dinikmati oleh para pemirsanya, terutama anak-anak dan remaja di seluruh tanah air. Kedua, film penerangan dan pendidikan yang mengandung unsur-unsur Pancasila sebagai falsafah Negara Republik Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja.

Misi PPFN ini sejalan dengan kebijakan Presiden Soeharto kala itu, yaitu pembangunan infrastruktur, seiring dengan pembentukan jati diri dan karakter anak-anak Indonesia melalui dunia pendidikan, radio, televisi dan film.

Pendidikan melalui film diharapkan tidak hanya mampu mendidik, tetapi juga dapat menghibur anak-anak (edutainment). Sayangya saat itu, sebagian besar film anak adalah film impor.

Namun, kondisi itu akhirnya didobrak dengan ide produksi film lokal dan mendapatkan dukungan dari Pemerintah. Hasilnya, Serial Boneka Si Unyil dinilai banyak kalangan menjadi kebuah keberhasilan pembentukan karakter anak-anak Indonesia melalui penyiaran.

Tri Wibowo dan Agus Trilaksana, akademisi Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya, dalam AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, mengatakan Serial Boneka Unyil berhasil menyebarkan dan menanamkan nilai karakter positif pada generasi muda di era penayangannya.

Baca Juga  Korupsi, Bencana Alam dan Perang Penyebab Utama Kemiskinan

Hasil penelitian menunjukkan karakter yang dibentuk adalah religus jujur bertanggungjawab, peduli, peduli, tolereansi, demokratis, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air, cinta lingkungan, peduli sosial, bersahabat, komunikatif, cinta damai, tanggung, kreatif, disiplin, kerja keras dan mandiri.

Untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak, setiap episode di Serial Boneka Si Unyil, konflik antara tokoh antagonis dan protagonist akan diselesaikan dengan mengedepankan nilai-nilai kejujuran, kemandirian, kretif, kerja keras dan toleransi.

Selain dari ide cerita, tokoh-tokoh di dalamnya juga menggambarkan keberagaman di Indonesia. Si Unyil, pemeran utama sebagai anak petani yang cerdas, lincah, suka berkawan dan pandai bergaul, patuh pada ajaran agama, mempunyai jiwa kepemimpinan dan suka menolong.

Tokoh Unyil sengaja didesain sebagai seorang tokoh anak teladan. Ada Usro, teman dekat Unyil seorang anak laki-laki yang cepat marah dan berkelahi. Ucrit anak yang beragama Kristen, Meillani anak keturunan China. Tujuannya untuk mendidik anak-anak supaya mereka itu merasa betul-betul anak Indonesia tanpa membeda-bedakan. Anak Indonesia, bukan hanya anak jawa, anak batak, anak manado dan sebagainya.

Dari sisi popularitasnya, Si Unyil tidak kalah dengan Serial Upin & Ipin yang bertahan selama 15 tahun, sejak diluncurkan tahun 2007 hingga saat ini dan sudah disaksikan di luar Malaysia, seperti Indonesia.

Nilai-Nilai Kebudayaan

Jika dibandingkan, Serial Boneka Si Unyil bahkan menjadi satu-satunya pilihan tontonan anak-anak Indonesia selama 12 tahun di TVRI. Skala penontonnya nasional atau seluruh Indonesia.

Si Unyil kembali ditayangkan lagi tahun 2002-2003 di RCTI dan TPI. Selain itu, adaptasi Serial Boneka Si Unyil dalam program Program TV bernama Laptop Si Unyil, Buku Harian Si Unyil dan Si Unyil di TransTV sudah bertahan sejak tahun 2007 hingga sekarang dan masih digemari anak-anak.

Sama seperti Serial Boneka Si Unyil, Serial Upin & Ipin produksi Les’ Copaque ini juga menampilkan nilai-nilai kebudayaan Malaysia dari sebuah Kampung Bernama Durian Runtuh. Teman-teman Upin dan Ipin juga beragam dari berbagai etnis dan agama.

Tokoh Ehsan anak manja hampir mirip dengan karakter Kinoy sepupu Unyil. Teman Unyil yang berasal dari keturunan Tionghoa dan beragama Konghucu bernama Mellani, sedangkan teman Upin & Ipin bernama Mei Mei. Serial Upin & Ipin juga menyampaikan pesan toleransi kebersamaan.

Keberhasilan Serial Boneka Si Unyil menghibur dan mendidik anak-anak di masanya sangat indah untuk diingat. Sementara itu, keberhasilan Upin & Ipin di masa sekarang, tampaknya dapat memberikan gambaran bahwa serial yang mengedepankan jati diri dan karakter lokal sebuah negara, masih memiliki ruang di hati anak-anak.

Namun, yang lebih penting adalah bagaimanya menjadikannya sebuah inspirasi dan motivasi agar para insan film dan Pemerintah bekerja sama memproduksi film yang mendidik, menghibur dan membantu anak Indonesia membangun jati diri dan karakternya, sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.

Pemerintah tampaknya perlu menggerakkan dan meningkatkan sumber daya PFI, seperti di masa kejayaannya dulu untuk menggalakkan edutainment. Indonesia memang menganut demokrasi dan membebaskan masyarakat melakukan kreatifitasnya.

Namun, seperti halnya Era Pemerintahan Presiden kedua RI Soeharto, ada bagian edukasi hiburan (edutainment) yang menjadi porsi dan tanggungjawab Pemerintah, untuk memastikan anak-anak memahami jati dirinya sebagai orang Indonesia, serta mendapatkan informasi yang tepat untuk pembentukan karakternya.*

Siti Maimunah, MA (Penggiat Masalah Tumbuh Kembang Anak Mandiri)
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaviral
#beritaterkini

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life