Home » Sikapi Pelecehan Lewat Catcalling, Abaikan atau Tanggapi?

Sikapi Pelecehan Lewat Catcalling, Abaikan atau Tanggapi?

by Addinda Zen
3 minutes read
Pelecehan Catcalling

ESENSI.TV - JAKARTA

Pelaku catcalling sering kali melakukan aksinya untuk menarik perhatian dan merendahkan para korban. Para pelaku biasanya tidak merasa perlakuannya tersebut adalah hal yang salah dan tidak sopan. Sebagian besar pelaku catcalling bersikap seksis dengan mengobjektifkan tubuh perempuan atau korban. Pelaku akan merasa lebih dominan atau puas ketika mendapat perhatian dari korbannya.

Viral baru-baru ini, seorang wanita melalui akun tiktok (@cewegakbisaditebak) memberikan himbauan agar menghindari kegiatan olahraga di Gelora Bung Karno (GBK) dalam waktu dekat. Ia menuturkan pengalamannya berolahraga di kawasan GBK bertepatan dengan acara besar salah satu partai politik. Ia mengaku tidak nyaman karena mendapat perlakuan catcalling oleh orang-orang yang sedang mengikuti acara partai tersebut.

“Jangan dateng ke GBK ‘til partai-partai ini selesai. Pertama, gak ramah cewe. Lo bakalan di-catcalling abis-abisan. Mau lo pake baju setertutup apapun, lo bakal di-catcalling.” ujarnya melalui video tiktok.

Tidak hanya perempuan, menurutnya laki-laki yang sedang berolahraga pun menjadi korban catcalling oleh sejumlah orang. Ia juga menyampaikan, menurut petugas setempat, dalam satu bulan ke depan akan banyak kegiatan besar dari partai politik.

By the way gue udah nanya ke satpam GBK, karena gue sering ke GBK dan gue kenal sama satpam GBK. Dia bilang satu bulan ke depan ini bakalan rame banget partai-partai. Bahkan, kayanya ada ulang tahun salah satu bank,” ujarnya.

Video ini telah ditonton sebanyak 2 juta lebih pengguna tiktok. Pengguna tiktok banyak yang menyematkan komentar di video tersebut. Sebagian besar merasa geram dan menyayangkan perbuatan catcalling ini. Pasalnya, kegiatan berolahraga di kawasan GBK menjadi salah satu rutinitas favorit bagi warga Jakarta. Aksi catcalling ini tentu menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengunjung.

Apa Itu Catcalling?

Catcalling merupakan tindakan meneriakkan komentar yang melecehkan di ruang publik. Sering kali catcalling menjurus ke arah seksual, mengancam, atau mencemooh.

“Mau kemana, Neng? Sini dianter…” “Cantik banget, namanya siapa?”

Catcalling masuk sebagai salah satu street harrasment atau kekerasan publik/jalanan. Aksi ini dapat menjadi awal dari penyerangan fisik atau kekerasan seksual.

Efek negatif secara psikologis bagi para korban catcalling sangatlah banyak. Korban dapat merasa terdegradasi dan tidak berdaya ketika mendapat perlakuan tersebut. Catcalling memungkinkan korbannya alami trauma untuk berada di ruang publik.

Baca Juga  Vonis Dua Bulan untuk Oknum Polisi Pelaku Kekerasan Seksual, Didik: Mencederai Keadilan

Catcalling dapat terjadi pada siapapun, termasuk juga jurnalis perempuan di Indonesia.

Berdasarkan survei Aliansi Jurnalis Independen (AJI) pada Januari 2023, ‘catcalling langsung’ menjadi aksi pelecehan tertinggi kedua setelah bodyshaming. Sebesar 82,6% dari jurnalis perempuan responden survei mengaku pernah mengalami satu atau lebih kekerasan seksual. Dari angka tersebut, sebanyak 51,4% kekerasan seksual berupa catcalling. 

Penyebab pelecehan catcalling tidak semata-mata mengenai pakaian atau penampilan korban. Sering kali, perempuan dengan pakaian tertutup juga menjadi korban catcalling. Bahkan, anak sekolah yang menggunakan seragam pun tidak sedikit yang menjadi korban.

Pelaku catcalling di Indonesia, dapat dikenakan beberapa pasal. Adapun yang bisa digunakan adalah Pasal 281 ayat (1) dan (2), Pasal 315 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Pasal 8, Pasal 9, Pasal 34 serta Pasal 35 Undang – Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

Perlindungan terhadap korban perbuatan catcalling diatur dalam Undang – Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Menyikapi Aksi Pelecehan Catcalling

Catcalling akan sulit dihindari, karena kontrol aksi tersebut berada pada pelaku. Namun, korban dapat memilih sikap untuk menghadapi pelaku catcalling, antara mengabaikan atau justru menanggapi kembali pelaku.

Jika berada dalam lingkungan yang ramai dan aman, korban dapat menanggapi kembali pelaku pelecehan catcalling. Perempuan bisa secara tegas menegur pelaku catcalling di depan umum. Pelaku akan merasa malu ketika ditegur secara keras di depan umum. Tetap ingat untuk pertimbangkan keamanan diri sendiri dan kondisi lingkungan sekitar.

Respon paling sederhana menyikapi pelecehan catcalling adalah dengan mengabaikannya. Pelaku mengharapkan perhatian korban, sehingga abaian dari korban akan menghilangkan kekuatan mereka. Selalu utamakan kenyamanan saat menyikapi catcalling. 

Mari ciptakan kenyamanan di ruang publik bagi siapapun, tanpa terkecuali. Bersikaplah sopan dengan sesama dan saling menjaga.

 

Editor: Dimas Adi Putra

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life