Home » Transisi Energi, HIPMI Berpeluang Menangkan Persaingan

Transisi Energi, HIPMI Berpeluang Menangkan Persaingan

by Administrator Esensi
2 minutes read
Energi Baru Terbarukan

ESENSI.TV - JAKARTA

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dinilai berpeluang untuk memenangkan persaingan yang semakin berat.

“Semakin banyak persoalan yang dihadapi, semakin besar pula manfaat yang dapat dihasilkan bagi bisnis HIPMI,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu bara Indonesia (ASPEBINDO), Anggawira di Jakarta, Kamis (1/06/2023).

Ia mendorong HIPMI untuk pemanfaatan peluang di tengah permasalahan dan persaingan untuk menciptakan peluang bisnis yang lebih besar. Sebab, kata dia, tantangan sebenarnya sebelum beralih ke Energi Baru Terbarukan (EBT) adalah transisi energi itu sendiri. Anggawira menekankan pesan penting kepada anggota HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) untuk tidak takut menghadapi permasalahan dan persaingan.

“Jangan khawatir dengan persoalan dalam transisi energi, karena justru di situlah terdapat peluang yang dapat menciptakan pertumbuhan bisnis yang lebih besar”, tegas Anggawira.

Potensi Bisnis dari Sektor EBT

Menurut dia, meskipun Indonesia belum sepenuhnya maksimal dalam melakukan transisi energi. Namun terdapat potensi bisnis yang besar dari sektor EBT.

“Kita bisa lihat ya saat ini generasi-generasi perusahaan baru sudah mulai memanfaatkan dan bergerak ke sektor transisi energi,” jelasnya.

ASPEBINDO, lanjutnya, sebagai asosiasi yang mewakili pemasok energi, mineral, dan batu bara, telah bergerak ke arah transisi energi. Hal ini terlihat dari perubahan logo asosiasi yang kini mengandung warna hijau, yang merupakan simbol  dari keberlanjutan dan lingkungan.

“Dengan bergerak ke arah transisi energi, kami berharap bahwa upaya ini dapat terus dimaksimalkan. Transisi energi bukanlah satu-satu yang dapat kami lakukan, tetapi kami juga ingin mendorong seluruh anggota ASPEBINDO untuk berinovasi dalam menghadapi tantangan ini,” katanya lagi.

Ia menambahkan, para pengusaha muda Indonesia terus memiliki semangat baru untuk tidak hanya melihat permasalahan sebagai hambatan. Namun, juga sebagai peluang untuk mengembangkan bisnis yang lebih berkelanjutan di sektor energi dan mineral. Transisi energi menjadi tonggak penting bagi kemajuan Indonesia menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Potensi Besar EBT Indonesia

Data Kementerian ESDM mencatat, Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar. Beberapa diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW.

Baca Juga  Jokowi Kritik Bank Dunia Karena Kurang Perhatian Kepada Negara Berkembang

Saat ini pengembangan EBT mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres disebutkan kontribusi EBT dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17%. Hal ini dengan komposisi Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir, Air, Surya, dan Angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%.

Untuk itu langkah-langkah yang akan diambil pemerintah adalah menambah kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Mikro Hidro menjadi 2,846 MW pada tahun 2025. Kapasitas terpasang Biomasa 180 MW pada tahun 2020, kapasitas terpasang angin (PLT Bayu) sebesar 0,97 GW pada tahun 2025, surya 0,87 GW pada tahun 2024, dan nuklir 4,2 GW pada tahun 2024. Total investasi yang diserap pengembangan EBT sampai tahun 2025 diproyeksikan sebesar US$13,197 juta.

Upaya Pengembangan Biomassa

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan biomasa adalah mendorong pemanfaatan limbah industri pertanian dan kehutanan. Limbah ini sebagai sumber energi secara terintegrasi dengan industrinya. Selain itu, mengintegrasikan pengembangan biomassa dengan kegiatan ekonomi masyarakat, mendorong pabrikasi teknologi konversi energi biomassa dan usaha penunjang. Kemudian, meningkatkan penelitian dan pengembangan pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi.

Upaya untuk mengembangkan energi angin mencakup pengembangan energi angin untuk listrik dan non listrik (pemompaan air untuk irigasi dan air bersih). Kemudian, pengembangan teknologi energi angin yang sederhana untuk skala kecil (10 kW) dan skala menengah (50 – 100 kW) dan mendorong pabrikan memproduksi SKEA skala kecil dan menengah secara massal.

Pengembangan energi surya mencakup pemanfaatan PLTS di perdesaan dan perkotaan. Selain itu, mendorong komersialisasi PLTS dengan memaksimalkan keterlibatan swasta, mengembangkan industri PLTS dalam negeri. Termasuk mendorong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efisien dengan melibatkan dunia perbankan.

 

 

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life