Home » Masalah Kesehatan Global di 2023 Menurut Pakar IHME

Masalah Kesehatan Global di 2023 Menurut Pakar IHME

by Administrator Esensi
3 minutes read
ilustrasi kesehatan global

ESENSI.TV - JAKARTA

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) berpendapat terkait masalah kesehatan global kritis yang harus diperhatikan pada tahun 2023.

Dikutip dari healthdata.org pada Senin (30/1), sebagian pakar IHME merujuk pada masalah yang dipengaruhi pandemi COVID-19, seperti Long COVID dan kesehatan mental.

Masalah Kesehatan Global di 2023

1. Long COVID

Dampak yang ditimbulkan dari long COVID sering mengganggu seseorang dalam pekerjaan, sekolah, atau hubungan selama berbulan-bulan. Sarah Wulf Hanson merupakan ilmuwan penelitian utama dari tim Peningkatan Kualitas Non-Fatal dan Risiko. Ia juga menulis makalah JAMA tentang Long COVID. Sarah mengatakan orang dengan Long COVID membutuhkan diagnostik serta rehabilitasi yang tepat dari dokter perawatan primer. Masih dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk menemukan perawatan efektif serta pencegahan dalam mengurangi risiko perkembangan Long COVID.

2. Kesehatan Mental

Seorang asisten profesor afiliasi dan pimpinan tim perkiraan beban gangguan mental, Alize Ferrari mengatakan gangguan mental menjadi penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Dampak pandemi COVID-19, perang, dan kekerasan terhadap kesehatan mental tetap menjadi prioritas. Terkhusus pada pemahaman mengenai dampak prevalensi dan beban gangguan mental tahun 2022 lalu. Negara perlu menyesuaikan respon terkait hal ini.

Dalam studi GBD, pelecehan seksual pada masa kecil, KDRT, dan perundungan masih menjadi faktor risiko gangguan mental. Perlu pemahaman lebih lanjut mengenai faktor risiko gangguan mental lainnya yang bervariasi di berbagai populasi.

3. Dampak dari Perubahan Iklim

Perubahan iklim berhasil memengaruhi kesehatan orang di dunia. Orang-orang mengalami efek langsung dari panas ekstrim maupun efek tidak langsung. Mitigasi dalam perubahan iklim yaitu dengan mengurangi emisi yang menyebabkan pemanasan global. Diperlukan perhatian lebih untuk meminimalkan dampak perubahan iklim terhadap kesehatan global melalui adaptasi atau peningkatan ketahanan.

Polusi udara jadi salah satu faktor risiko global utama yang dievaluasi. Sekitar 8% kematian global disebabkan oleh polusi. Upaya yang dapat dilakukan dalam hal ini, misalnya menggunakan tanaman tahan kekeringan, peningkatan vegetasi di perkotaan, atau pemanfaatan lahan untuk beradaptasi dengan kenaikan permukaan air laut.

4. Penyakit Kardiovaskular

Penyakit jantung iskemik dan stroke merupakan jenis penyakit kardiovaskular. Penyakit-penyakit ini menjadi penyebab utama kematian global, yaitu 28% dari total kematian di tahun 2021. Penyakit kardiovaskular secara substansial juga berkontribusi terhadap hilangnya kesehatan dan beban ekonomi pada sistem perawatan kesehatan. Umumnya, penyakit kardiovaskular dapat dicegah dengan mengatasi faktor risikonya, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, merokok, dan lainnya.

5. Infeksi Pernapasan

Low Respiratory Infections (LRI) serta Respiratory Syncytial Virus (RSV) perlu diwaspadai di tahun 2023. Penurunan umum infeksi influenza di tahun 2020 menurun karena penggunaan masker dan jarak sosial sebagai langkah mitigasi. Namun, pelonggaran yang terjadi saat ini menimbulkan potensi lonjakan influenza di segala usia. Vaksin influenza disebut berpeluang mengurangi LRI, sementara untuk vaksin RSV masih dilakukan uji coba.

Baca Juga  Pj Gubernur Sumut Lepas 1.200 Peserta Mudik Gratis Nataru

6. Penyakit Akibat Kemiskinan

Negara berpenghasilan rendah dan menengah mengalami hasil kesehatan yang lebih buruk daripada negara berpenghasilan tinggi. Harapan hidup 34 tahun lebih rendah. Kematian yang terjadi pada usia di bawah 5 tahun sekitar 100 kali lebih tinggi. Kesehatan dan kehidupan, bahkan kematian akibat kemiskinan harus segera diatasi.

7. Diabetes

Diabetes di Amerika Latin menjadi penyebab keempat dari hilangnya tahun untuk hidup sehat (DALYs). Upaya berbasis populasi yang dapat dilakukan adalah pelabelan makanan yang lebih informatif, membangun fasilitas olahraga di lingkungan, serta pendidikan kesehatan. Selain itu, perlu juga peningkatan respon sistem kesehatan dalam akses dan perawatan berkualitas, akses universal untuk insulin murah, dan obat antidiabetes oral. Sistem kesehatan perlu menyediakan layanan untuk pengarahan perawatan diabetes.

8. Kecelakaan Lalu Lintas

Kematian pada usia 15-49 tahun banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Perilaku manusia dalam mematuhi kebijakan menjadi hal yang utama dalam intervensi kecelakaan lalu lintas. Dilansir dari kompas.com, hingga September 2022 meningkat 34,6% dari tahun 2021. Jumlah korban meninggal meningkat sekitar 600 orang dibandingkan tahun 2021 pada periode yang sama.

9. Demensia

Untuk perawatan penderita demensia secara memadai, perlu perencanaan yang tepat. Intervensi faktor risiko yang dapat diubah yaitu pendidikan rendah, merokok, gula darah tinggi. Dikutip dari Alzheimer Indonesia, diperkirakan pasien demensia di Indonesia akan meningkat menjadi 2 juta orang di tahun 2030. Sebelumnya, pada tahun 2016 tercatat pasien demensia Indonesia sebanyak 1,2 juta orang.

10. Penuaan Populasi

Tahun 2023 ini perlu penyesuaian sistem kesehatan untuk mendukung kebutuhan populasi yang lebih tua. Proporsi populasi yang berusia di atas 65 tahun akan meningkat di tahun mendatang. Perencanaan sistematis untuk perubahan demografi yang akan datang, disebut lebih bijaksana.

 

Memperkuat sistem kesehatan secara global tetap menjadi aspek yang paling penting. Negara-negara akan memfokuskan kembali tenaga medis setelah melewati fase akut COVID-19. Pembuat kebijakan disebut perlu belajar dari pandemi kemarin untuk mencegah lumpuhnya sistem perawatan pada krisis masalah kesehatan global berikutnya. Masyarakat juga perlu dijamin terkait perawatan yang berkualitas.

 

Editor: Addinda Zen

addindazen@esensi.tv

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life