Home » Suluk Maninjau

Suluk Maninjau

by Administrator Esensi
3 minutes read

ESENSI.TV - JAKARTA

Buya Hamka sang Pelopor Agama

Buya Hamka memiliki nama asli Abdul Malik Karim Amrullah. Dia adalah seorang ulama besar yang gigih dalam membela Islam dan tegas terhadap akidah. Buya Hamka adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama dan juga merupakan tokoh Masyumi dan ulama Muhammadiyah.

Saat dilantik sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), beliau menegaskan untuk selalu beriman dan beribadah kepada Allah SWT.

“Kita sebagai ulama telah menjual diri kita kepada Allah. Tidak bisa dijual lagi kepada pihak manapun!”, tegas Hamka.

Buya Hamka lahir pada zaman perdebatan kaum muda dan kaum tua. Sehingga, ia telah terbiasa mendengar perdebatan sengit antara kaum muda dan kaum tua tentang paham agama. Hamka merantau ke Yogyakarta dan mulai belajar tentang Islam modern kepada sejumlah tokoh seperti H.O.S Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, R.M. Soerjopranoto, dan H. Fakhruddin.

Buya Hamka adalah tokoh Islam yang sangat berpengaruh. Nama besarnya sangat dihormati. Karena pengaruhnya, Buya Hamka memiliki Museum Buya Hamka yang terletak di tepi Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Banyak yang mengagumi sosok Buya Hamka. Gus Nas melalui tulisannya mengungkapkan kerinduannya terhadap Buya Hamka.

Profil Penulis Gus Nas

M. Nasruddin Anshoriy atau biasa disebut Gus Nas Jogja  adalah seorang budayawan yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Ilmu Giri Yogyakarta. Selain kiyai dia juga seorang penulis dan pelukis.

Gus Nas banyak dikenal oleh tokoh-tokoh nasional di negeri ini. Tidak hanya artis, politisi, pengusaha, maupun seniman mengenalinya. Dia banyak mengoleksi lukisan-lukisan langka dari para maestro. 

Gus Nas telah menorehkan banyak sekali karya-karya yang menarik dalam bait-bait puisi. Beberapa diantaranya seperti Tong Kosong Reformasi, Semesta Bertakbir, Air Mata Sudan, dan beberapa karya lainnya.

Presiden Ke-4 Republik Indonesia, Gus Dur bahkan memujinya dan berkata bahwa ia adalah seorang multi talenta. Hal ini dikarenakan bakat alami yang dimilikinya.

Berikut adalah ungkapan kerinduan Gus Nas terhadap Buya Hamka.

Suluk Maninjau

Kepada Buya Hamka
Kuziarahi labirin rindu
Tangis bayi yang pecah di tengah danau
Dalam pasang-surut doa ninik-mamak
Diamini para Datuk dan Bundo Kanduang sepanjang subuh
Engkau lahir terbungkus rindu
Di pangkuan zikir
Berbalut madah di lingkar kepala
Berkalung tahmid yang dirajut oleh Kerapatan Adat Nagari
Bunga Danau Maninjau
Bermekaran senyum teratai
Mengabarkan pada subuh
Telah lahir bayi yang tangguh
Hamba Sang Raja
Abdul Malik yang dikasihi atas perintahNya
Tuhanku
Kauutus ia untuk mengasah pena
Menulis birunya langit
Lengkung senja dalam seloka
Lalu tumbuh buah-buah ranum dari tangan para ibu
Uni dan Uda yang bermekaran di Minangkabau
Kau hadir dengan kabar gembira
Aku terpukau dan memeluknya
Sepayung di bawah gerimis
Sekapal di pelayaran
Nikmat dan syukur bersimbah dalam doa
Dengan sepucuk pena
Kautulis sebutir debu dalam deburan rahmat bermilyar pasir pantai
Kubaca dan terus kubaca suluk sunyimu, Buya
Semula memang acapkali kulupa
Sulaman ilmu dalam setiap lembar tutur-kata
Setumpuk hikmah
Dalam berjilid-jilid buku di perpustakaan rindu
Tapi sesudah kau tusuk di dada sebelah kiri
Jantungku membuncah
Detak nadi dan cucuran darahku seakan pasti mengucap sumpah
Kusulam salammu, Buya
Dalam bait-bait tadarus puisi
Selingkar tasbih kukalungkan dalam luka-luka leherku
Tiba-tiba kudengar suara adzan subuh dari dasar danau
Panggilan iman yang pecah di rongga dada
Aku tahu itu suaramu
Suara paling merdu dari arah Surau
Di rindu selanjutnya
Kuziarahi kelok-kelok keindahan
Alam bakambang berbuah zikir
Tiham bakambang mengukir pikiranku
Satu persatu biji kecintaan itu tumbuh
Tak cuma di Tanah Maninjau
Mekar bersemi mawar cinta
Kaucatat dengan wangi melati
Di pelayaran abadi
Telah tenggelam Kapal _Van der Wijck_
Tapi hijrahmu telah begitu jauh, Buya
Di Bawah Lindungan Ka’bah
Pemuda Minang itu pasrah berserah
Sesudah itu badai menghempas
Tapi nafasmu terus berhembus
Sebab rindu tak mungkin dipangkas
Sebab cinta pantang ditebas
Semua itu telah terkubur di masa lalu, Buya
Tapi sejarah sudah menyiramnya dengan darah
Membersamai senja
Suara istighfarmu kian bergetar
Dan di Mihrab Masjid Al-Azhar
Berjuta jemaah pun bertakbir
Terus mengalir zikir dan doa tiada akhir
Gus Nas Jogja, 10 April 2023

Editor: Nabila Tias Novrianda/Raja H. Napitupulu

Baca Juga  TABIR SELIMUT KALBU

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life