Home » Viral Isu Lockdown dan Pandemi 2.0, Masyarakat Diimbau Bijak Bermedia Sosial

Viral Isu Lockdown dan Pandemi 2.0, Masyarakat Diimbau Bijak Bermedia Sosial

by Junita Ariani
2 minutes read
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menyayangkan beredarnya isu mengenai Pandemi 2.0 dan isu lockdown pada tahun 2023 di media sosial

ESENSI.TV - JAKARTA

Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menyayangkan viralnya isu Pandemi 2.0 dan isu lockdown pada tahun 2023 di media sosial yang menghebohkan jagat maya.

Isu tersebut menjadi ramai diperbincangkan di kalangan masyarakat karena disampaikan oleh seorang praktisi kesehatan.

“Saya sangat menyayangkan karena ini sudah masuk media sosial. Ada juga yang percaya sesuatu yang tidak benar secara ilmiah tapi disampaikan oleh orang yang punya tendensi. Jadi saya kira banyak rakyat yang percaya sehingga membuat bingung masyarakat,” ungkap Rahmad dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (13/9/2023), di Jakarta.

Diketahui unggahan seorang praktisi makanan kesehatan dan ahli epidemiologi molekuler bernama dr Tifauzia Tyassuma atau dr.Tifa membuat ramai media sosial.

Ia menuliskan bahwa Pandemi 2.0 ternyata dimajukan menjadi 2023, dari yang dijadwalkan tahun 2025. Dokter tersebut juga mengklaim dalam sebulan atau dua bulan Indonesia akan kembali mengalami lockdown.

Termasuk juga dengan adanya aturan work from home (WFH), dan penggunaan masker. Hal tersebut buntut polusi udara yang semakin parah dan varian terbaru Covid-19, yakni Eris sudah masuk ke Indonesia.

Rahmad pun mengingatkan agar seseorang bijak dalam bermedia sosial, apalagi yang bersangkutan mempunyai latar belakang akademisi di bidang kesehatan.

Sebab dengan latar belakang ilmu kesehatan, praktisi dapat membuat masyarakat percaya dengan informasi yang disampaikannya.

“Kan tidak semua masyarakat yang membaca di media sosial itu memiliki akademis yang cukup untuk menelaah. Repot kalau menganggap seolah-olah benar kalau pandemi itu direncanakan apalagi bisa dimajukan. Sehingga mendiskreditkan Pemerintah dan mendiskreditkan pihak lain,” tuturnya.

Baca Juga  Didukung Industri MICE yang Menjanjikan, ASPERAPI Siap Jadi Tuan Rumah World Expo 2035

Tidak Sembarangan Menyampaikan Informasi

Rahmad juga menganggap pernyataan dr.Tifa merupakan hal yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Sebab pandemi merupakan musibah kesehatan yang tidak bisa direncanakan. Apalagi dimajukan seperti yang disampaikan sang dokter.

“Meskipun banyak juga yang menertawakan, masa ada sih pandemi direncanakan apalagi dimajukan kayak agenda yang bisa direncanakan saja. Musibah pandemi itu tidak bisa direncanakan, apalagi dimajukan seenaknya sendiri,” tegas Rahmad.

Ia mengingatkan agar semua pihak tidak sembarangan menyampaikan informasi perihal Pandemi sebelum memiliki data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

Rahmad juga menyebut pandemi dan lockdown merupakan isu sensitif. Di mana banyak masyarakat yang hingga saat ini masih berjuang memulihkan perekonomian dan kehidupan sosialnya usai Pandemi Covid-19 berlalu.

“Perlu saya ingatkan informasi yang salah tapi seringkali dan diulang-ulang dalam media sosial bisa menjadi sesuatu yang keliru tapi dianggap benar. Ujungnya adalah rakyat yang menjadi korban karena informasi yang salah, yang rugi adalah kita semua,” tegasnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah membantah pernyataan dr.Tifa. Apalagi pernyataan dr.Tifa diyakini banyak pihak tidak berbasis sains, alias teori konspirasi belaka.

Imbauan dr.Tifa terkait penggunaan sejumlah obat untuk mencegah jatuh sakit seperti ivermectin dan hidrokloroquin juga belum memiliki kajian ilmiah lebih lanjut. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life