Sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) Senin lalu (19/12) mantan Jenderal bintang dua, Ferdy Sambo dinilai ahli telah melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.
Saat memberi kesaksian, Profesor Muhammad Mustofa yang merupakan ahli kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) menjelaskan, dalam rentetan peristiwa di rumah dinas Sambo terjadi rangkaian prakejadian. Dimana rangkaian tersebut bisa dikategorikan sebagai perencanaan dan berpuncak sampai akhirnya terjadi pembunuhan terhadap Brigadir J.
Profesor Muhammad Mustofa didatangkan sebagai ahli dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Birgadir J yang dilaksanakan di PN Jaksel. Dalam persidangan tersebut, menghadirkan lima terdakwa atas kasus ini. Yakni Ferdy Sambo (FS), Putri Candrawathi (PC), Baharada Richard Eliezer (RE), Bripka Ricky Rizal (RR), dan Kuat Ma’ruf (KM).
Mustofa turut menerangkan jika perencanaan itu bukan hanya terjadi saat prakejadian pembunuhan namun, juga terjadi saat pascapembunuhan.
Terungkapnya hasil penyidikan tentang aktor utama pembunuhannya serta apa yang dilakukan sang aktor utama setelah terjadinya pembunuhan. “Dalam kasus pembunuhan berencana, pasti ada aktor intelektualnya yang paling berperan di dalam. Ia mengatur, kemudian dia akan melakukan pembagian kerja tentang siapa saja yang harus melakukan, dan siapa saja teribat. Lalu yang membuat skenario tindak lanjut, sampai pada rencana agar peristiwa pembunuhan itu tidak terlihat,” jelas Mustofa.
Mustofa pun menyambung “Dari semua hal tersebut tadi, kelihatan sekali bahwa kronologis kasus ini adalah perencanaan,” jika terbukti, sangkaan tersebut mengancam kelima terdakwa. Ancaman itu berupa pidana hukuman mati, atau penjara seumur hidup, atau selama-lamanya 20 tahun.
Editor: Addinda Zen