Home » BI Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 5,57%

BI Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 5,57%

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Gubernur dan Jajaran Deputi Gubernur BI dalam temu pers hasil RDG Juni di Gedung BI, Jakarta, Kamis (22/6/2023). Foto: BI

ESENSI.TV - JAKARTA

Bank Indonesia masih menahan kenaikan suku bunga acuan simpanan perbankan bulan ini, sehingga BI 7 Days Reserve Repo Rate tetap di level 5,57%.

Keputusan ini diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia selama 21-22 Juni 2023.

Kebijakan yang sama juga diberlakukan untuk suku bunga Deposit Facility yang tetap di posisi 5% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,5%.

“Keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3% plus minus 1% pada sisa tahun 2023,” jelas Gubernur Bank Perry Warjiyo, dalam temu pers hasil RDG BI Juni, di Jakarta, Kamis (22/6/2023).

Dia mengatakan fokus kebijakan diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation).

Bank sentral juga berupaya memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Kebijakan likuiditas dan makroprudensial longgar terus dilanjutkan untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan.

Serta, tetap mempertahankan terjaganya stabilitas sistem keuangan.

Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran terus didorong untuk perluasan ekonomi dan keuangan digital dan penguatan stabilitas sistem dan layanan pembayaran.

Baca Juga  Pasar Uang Global Memang Tak Pasti, Tapi Dana Asing Masih Mengalir ke Indonesia Lho!

Bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran Bank Indonesia tersebut terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Perekonomian Global

Ketidakpastian perekonomian global kembali meningkat dengan kecenderungan risiko pertumbuhan yang melambat dan kebijakan suku bunga moneter di negara maju yang lebih tinggi.

Pertumbuhan ekonomi global diprakirakan sebesar 2,7% (yoy) dengan risiko perlambatan terutama di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Di AS, tekanan inflasi masih tinggi terutama karena keketatan pasar tenaga kerja.

Di tengah kondisi ekonomi yang cukup baik dan tekanan stabilitas sistem keuangan (SSK) yang mereda.

Sehingga mendorong kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate (FFR) ke depan.

Kebijakan moneter juga masih ketat di Eropa, sedangkan di Jepang masih longgar.

Sementara itu, di Tiongkok pertumbuhan ekonomi juga tidak sekuat prakiraan di tengah inflasi yang rendah sehingga mendorong pelonggaran kebijakan moneter.

Pemulihan ekonomi di negara berkembang lain, seperti India, tetap kuat didorong oleh permintaan domestik dan ekspor jasa.*

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaterkini
#beritaviral

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life