Home » KKP, FAO dan Pemda Jateng Lepasliarkan 20 Kg Sidat Hasil Project IFish

KKP, FAO dan Pemda Jateng Lepasliarkan 20 Kg Sidat Hasil Project IFish

by Junita Ariani
2 minutes read
KKP bersama Food and Agriculture Organization (FAO) dan Pemda Jawa Barat melepasliarkan 2,5 persen hasil budidaya sidat ke alam.

ESENSI.TV - CILACAP

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) dan Pemda Jawa Tengah (Jateng)  melepasliarkan 2,5 persen hasil budidaya sidat.

Sidat hasil budidaya sebanyak 20 kilogram itu menurut Kepala Pusat Riset Perikanan, KKP, Yayan Hikmayani dilepas ke Bendungan Cijalu, Jateng.

“Pelepasliaran sidat ini merupakan bentuk komitmen untuk menjaga kelestarian sidat di habitat alamnya,” kata Yayan dalam keterangan tertulisnya, Minggu (28/1/2024) di Cilacap.

Komitmen tersebut kata dia, juga merupakan bagian dari upaya mendukung pemerintah daerah untuk melaksankan restocking sidat dari hasil budidaya. Sebagaimana yang tertera dalam peraturan daerah yang mengatur pengelolaan perikanan darat.

“Melalui peran dan komitmen dari KKP, FAO dan para pemangkau kepentingan di daerah, telah disepakati untuk setiap hasil budidaya sidat, 2,5 persen akan dilepas ke perairan umum. Untuk mejaga kelestarian sidat di habitat alamnya,” terang Yayan.

Sidat merupakan ikan ekonomis penting dengan nilai ekspor mencapai USD10 juta (tahun 2021). Sehingga perlu upaya pengelolaan secara baik agar sumber daya di alamnya dapat lestari dan berkelanjutan.

Salah satu wilayah pusat pengembangan budidaya sidat terdapat di Kabupaten Cilacap, khususnya di Kampung Sidat Kaliwungu.

Baca Juga  KKP Perketat Pengawasan Pendaratan Ikan di Pelabuhan Perikanan

Dngan kegiatan budidaya pembesaran glasseel hingga ukuran konsumsi dengan produksi sekitar 3,3 ton untuk kebutuhan restoran dan ekspor.

Lima Dampak Inovatif

Rajendra Aryal, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, menuturkan bahwa aktivitas proyek IFish di Cilacap memiliki lima dampak inovatif.

Pertama, perbaikan koleksi data dari level bawah hingga level pusat. Kedua, dampak perputaran eknomi untuk masyarakat sekitar.

Ketiga, pengembangan teknologi RAS yang berkelanjutan. Keempat, pendekatan nol limbah dalam pascaproduksi sidat dan produksi pakan sidat independen yang menyediakan 80 persen dari seluruh pakan.

Kelima, bagaimana masyarakat memasarkan produk secara bersama-sama.

“Proyek ini merupakan model teladan yang diharapkan dapat diadaptasi tidak hanya di desa-desa lain di Indonesia, tetapi juga negara-negara lainnya,” ucap Rajendra.

Pelapasan sidat itu merupakan Proyek IFish ‘Mainstreaming Biodiversity Conservation and Sustainable Use into Inland Fisheries Practices in Freshwater Ecosystems of High Conservation Value’. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life